SORE menjelang maghrib, saya pacu motor untuk mengejar maghrib di masjid.
Tiba-tiba saya lihat seorang pria sedang menuntun motor, sepertinya saya kenal…ciiiii motor rem mendadak.
Saya : Assalamu’alaykum, ustadz …… ini?
BACA JUGA: Istri Hilang
Ustadz : Wa’alaykumussalam. Eh iya, Ustadz Herman
Saya : Habis dari mana kok motor dituntun?
Ustadz : Habis isi pengajian di ……, ini bensinnya habis.
Saya : Lho tadi ustadz melewati pom bensin kenapa tidak isi bensin? (Saya lihat di atas motornya ada parcel berisi buah-buahan).
Sebagai sesama dai maka saya langsung paham .. antara sedih dan bahagia (gimana ekspresinya ya hehe)
Ternyata eh ternyata… beliau habis mengisi pengajian perusahaan, oleh pihak panitia diberikan bingkisan berupa buah-buahan, tidak diberi bisyaroh (honor). Padahal ustadz ini sudah tidak punya uang sama sekali, dan bensin pas habis pula hehehe …
BACA JUGA: Ustadz, Saya Mau Infaq untuk Masjid
Saya kenal beliau sebagai ustadz yang sederhana, gigih dalam berdakwah, tidak pernah menentukan tatif, sambil dakwah beliau juga bekerja, jualan.
Akhirnya kita lanjut sholat maghrib di masjid terdekat, isi bensin, makan dan ngopi sambil ngobrol ringan menikmati kehidupan dan dakwah ini yang memang banyak ujian, banyak tantangan.
Saran aja bagi perusahaan atau komunitas yang undang ustadz isi pengajian sebaiknya diperhatikan kondisi ustadznya, beliau tidak pernah menentukan tarip tetapi perlu diperhatikan kehidupannya agar makin barokah ilmu yang didapat. []