KEMISKINAN, demikian orang-orang beralasan untuk melakukan apapun dalam rangka mengisi perut-perut yang tak ada bosannya menggerus makanan.
Islam datang untuk memberikan kebaikan yang menyeluruh bukan untuk diimani separuh-separuh.
Islam juga bukan sekedar label di kartu tanda pengenal lalu tetap tradisi yang tak berlandaskan digunakan lebih kuat daripada ajaran islam yang datang dari Allah yang Maha ‘Adil.
BACA JUGA: Rasulullah dan Seorang Budak Nasrani
Diceritakan nasib pilu anak perempuan muslim di India dan Afghanistan. Mereka menerima hukuman yang berat karena kesalahan orang tuanya.
Tersebutlah Shakila (10), anak perempuan Afghanistan yang diculik untuk membayar perbuatan pamannya yang membawa kabur istri pejabat.
Saat sedang tertidur lelap bersama sepupunya, mereka dipaksa dan diseret keluar rumah tanpa tahu kesalahan besar apa yang membuat mimpi buruk itu menimpanya.
Shakila beruntung, ia berhasil kabur dan lolos dari cengkraman orang-orang yang menculiknya lalu pulang kepada keluarganya.
Ternyata Shakila, yang diculik bersama dengan sepupunya adalah bagian dari tradisi masyarakat Afghanistan, yang dikenal sebagai “baad” atau berarti pembayaran.
“Baad” ini dilakukan saat ada sebuah keluarga yang melanggar adat, seperti berzina, atau kawin lari. Dengan alasan itu, kerabat dari pelanggar harus membayar sejumlah denda.
Namun karena kemiskinan, tak jarang sebagai bayaran atas pelanggaran itu, anak perempuan mereka harus dibawa untuk dijadikan sebagai budak atau dipaksa menikah.
Padahal dalam aturan hukum di Afghanistan, tradisi ini dianggap berbahaya dan tidak boleh dilakukan sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Islam.
Dosa atas kesalahan orang yang telah baligh tidak bisa ditimpakkan kepada orang lain, ia sendiri yang harus bertanggung jawab atas kesalahan yang telah diperbuatnya.
Tak jauh berbeda dengan Gausia (20), perempuan muda asal India ini dipaksa menikah dengan orang asing yang umurnya sudah lanjut usia untuk ditukar dengan beberapa keping uang.
Setelah itu, Gausia dan perempuan muda lain yang dinikahkan secara paksa di India, harus tinggal bersama suaminya di Lembah Kashmir bahkan dilarang bertemu dengan keluarganya.
Gadis Kashmir, dari Kolkata, dijual dengan harga 1.200 rupee (£ 15). Dia ditipu oleh adiknya sebelum upacara pernikahan.
BACA JUGA: Ketika Budak Perempuan Lahirkan Majikannya
“Saya telah mendengar cerita memilukan,” kata Lubna Khan, seorang dokter wanita yang melakukan kunjungan mingguan ke pedalaman pedesaan.
Aktivis mengatakan bahwa penjualan pengantin telah menjadi lazim di daerah pedesaan India dalam sepuluh tahun terakhir, lagi-lagi karena meningkatnya kemiskinan.
Berbahagialah saudariku sekalian, kita masih bisa merasakan rasa aman dengan kehidupan kita sekarang ini. Padahal di luar sana banyak sekali saudari-saudari kita yang masih ketakutan karena tengah menunggu giliran merasakan kerasnya tradisi yang mengikat. []