Hudzaifah bin Yaman adalah salah seorang sahabat yang secara khusus mendapatkan didikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk mengenal tanda kemunafikan. Semua itu berawal karena kebiasaannya yang berbeda dalam mengajukan pertanyaan kepada beliau. Umumnya para sahabat bertanya tentang berbagai macam amal kebaikan dan pahala-pahala yang dijanjikan, dan mereka berlomba-lomba untuk melakukannya.
Namun berbeda dengan Hudzaifah, ia cenderung bertanya tentang berbagai macam kejahatan dan bahaya-bahayanya, karena ia ingin menjauhi hal tersebut sejauh-jauhnya.
BACA JUGA: Orang Munafik di Antara Para Sahabat
Suatu ketika ia menghadap kepada Rasulullah lalu bertanya, “Wahai Rasulullah, dahulu kita berada dalam kebodohan (jahiliyah) dan diliputi kejahatan, kemudian Allah mendatangkan kebaikan ini bagi kita. Apakah setelah kebaikan ini akan ada kejahatan lagi?”
“Ada…!” jawab Rasulullah.
“Apakah setelah kejahatan itu, masih adakah kebaikan lagi, ya Rasulullah?” tanya Hudzaifah.
“Ada, tetapi keadaannya samar dan penuh bahaya!” ujar beliau.
“Apa bahaya itu, ya Rasulullah?” tanya Hudzaifah.
“Yakni, segolongan umat mengikuti sunnah yang bukan sunnahku, mengikuti petunjuk yang bukan petunjukku. Kenalilah mereka ini, ya Hudzaifah, dan cegahlah mereka semampumu!” jawab Rasulullah.
“Setelah kebaikan tersebut, masih adakah kejahatan lagi, ya Rasulullah?” tanya ia semakin penasaran.
“Ada, yakni para penyeru di pintu neraka (yakni, yang mengajak kepada maksiat dan meninggalkan ibadah) barang siapa menyambut seruannya, maka mereka akan dilemparkan ke dalam neraka!” jawab beliau.
“Apa yang harus kulakukan jika menemui masa seperti itu, ya Rasulullah?” tanyanya semakin penasaran.
“Ikuti jamaah kaum muslimin dan pemimpin mereka!” jawab beliau.
“Bagaimana jika mereka tidak memiliki jamaah dan tidak pula pemimpin (yang sesuai teladanmu), ya Rasulullah?” tanyanya lagi.
“Hendaklah engkau tinggalkan semua golongan itu, walaupun engkau harus tinggal sendirian di rumpun kayu, sampai engkau menemui ajal dalam keadaan seperti itu.” jawab beliau.
Keadaan dan kebiasaan Ibnu Yaman dalam meneliti dan mengamati kejahatan dan daya upayanya untuk menghindarinya, ternyata mendapat dukungan Rasulullah, dan beliau terus-menerus membimbingnya. Beliau mengajarinya bagaimana mengenali kemunafikan, dan juga menunjukkan orang-orang munafik yang ada saat itu. Namun beliau berpesan agar semua itu dirahasiakannya, sekedar untuk bahan bagi dirinya agar ia bisa menghindar dan tidak terjatuh dalam lingkaran pergaulan mereka.
Salah satu sahabat yang selalu memanfaatkan keistimewaannya ini adalah Umar bin Khaththab. Sepeninggal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, jika ada orang muslim yang meninggal, Umar selalu mengamati sikap Hudzaifah. Jika ia tidak mendatangi atau tidak menyalatkannya, maka Umar akan melakukan hal yang sama. Tetapi Umar-pun melakukan hal itu untuk dirinya sendiri, tidak mengekspose secara umum atau mengajak orang lain melakukan hal yang sama.
BACA JUGA: Kabar Kematian Para Pembesar Orang Munafik dari Rasulullah
Ketika menjadi khalifah, Umar pernah mendatangi Hudzaifah dan bertanya, “Wahai Hudzaifah, apakah engkau melihat adanya kemunafikan dalam diriku.”
“Tidak ada, wahai Amirul Mukminin!”
“Janganlah engkau sungkan mengatakannya,” kata Umar.
“Sungguh tidak ada, hanya saja engkau masih menyimpan dua stel pakaian. Satu engkau pergunakan pada musim dingin, dan satunya lagi untuk musim panas!”
Mendengar penjelasan tersebut, Umar segera menyedekahkan satu stel pakaian yang masih disimpannya, walau sebenarnya Hudzaifah tidak menyebut hal itu sebagai tanda adanya kemunafikan dalam diri Umar. []
Referensi: 101 Sahabat Nabi/Hepi Andi Bustomi/Pustaka Al-Kautsar