SUATU hari ada seorang lelaki menemui Umar bin Khaththab dengan berkata, “Wahai ‘Umar, seorang wanita pernah datang untuk berbaiat. Lalu wanita itu aku masukkan ke dalam sebuah kamar. Aku menyentuhnya, namun tidak sampai bersetubuh dengannya. Apa yang harus aku lakukan?”
‘Umar marah mendengarnya seraya berkata kepadanya, “Celaka engkau! Bisa jadi wanita itu seorang istri yang ditinggal suaminya yang sedang berjihad di jalan Allah.”
BACA JUGA: Kisah Malaikat dan Pencatatan Amalan Buruk
وَأَقِمِ الصَّلَاةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِنَ اللَّيْلِ ۚ إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ ۚ ذَٰلِكَ ذِكْرَىٰ لِلذَّاكِرِينَ
Ketika diadukan permasalahan ini kepada Rasulullah, turunlah ayat, “Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan dari malam. Sesungguhnya setiap perbuatan baik itu menghapus (dosa) setiap perbuatan buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.” (QS. Hud : 114)
Setelah mendengar ayat ini, lelaki itu bertanya kepada Rasulullah,”Wahai Rasulullah, apakah ketentuan itu khusus untuk aku atau untuk semua orang?”
BACA JUGA: Ambil Baiknya Buang Buruknya
Mendengar dari lisan laki-laki itu, Umar langsung memukul dada lelaki itu seraya berkata, “Tidak. Itu bukan nikmat untuk seseorang, tetapi untuk semua orang.”
Rasulullah menanggapi, “Benar apa yang dikatakan ‘Umar.” []
Sumber: The Golden Story of Umar bin Khaththab/ penulis: DR. Ahmad Hatta, MA/ Penerbit: Maghfirah Pustaka/ April 2014