ABU Hurairah Ra berkata, Rasulullah SAW bersabda,
“Di antara tanda kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan perkara-perkara yang tidak bermanfaat baginya.” (HR At-Tirmidzi No. 2318)
Imam Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah berkata :
“Hadits ini adalah landasan yang penting dalam masalah adab.”
BACA JUGA: 7 Manfaat Air Kelapa Muda Untuk Kesehatan
Imam Abu ‘Amr Ibnu Shalah menceritakan perkataan Imam Abu Muhammad Ibn Abi Zaid, seorang Imam mazhab Maliki di zamannya, Beliau mengatakan, “Inti dan kunci dari adab yang baik terdapat dalam empat hadits Rasulullah SAW berikut :
Pertama,
“Barangsiapa yang benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya berkata yang baik atau diam.” (H.R Bukhari dan Muslim)
Kedua,
“Di antara tanda kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan perkara-perkara yang tidak bermanfaat baginya.” (H.R Tirmidzi, hasan)
Ketiga,
Sabda Nabi kepada seorang yang meminta wasiat kepada beliau, kemudian beliau memberi wasiat singkat, “Jangan marah” Beliau sampai mengulanginya sebanyak tiga kali. (H.R Bukhari)
Keempat
“Seorang mukmin itu menginginkan untuk saudaranya apa yang dia inginkan untuk dirinya sendiri.” (H.R Bukhari dan Muslim).
Hadits di atas mengandung beberapa faidah :
BACA JUGA: Bermanfaat, Ini 10 Cara Penggunaan Minyak Kelapa bagi Perawatan Kecantikan
- Hadist ini termasuk di antara jawaami’ul kalim, yakni suatu kalimat yang ringkas namun padat makna.
- Hadits ini termasuk pokok dalam masalah adab Islami.
- Termasuk ciri baiknya Islam seseorang adalah meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat. Kata min dalam hadits di atas adalah min tab’idhiyyah yang menunjukkan makna sebagian. Artinya, mengamalkan hadits ini termasuk di antara ciri baiknya Islam seseorang, namun perkara-perkara yang menunjukkan kebaikan Islam seseorang tidak terbatas dengan mengamalkan hadits ini saja. (Lihat Syarh Arbain An Nawawiyyah li Syaikh Shalih Alu Syaikh)
- Perkara yang tidak bermanfaat meliputi perbuatan yang haram, perkara yang makruh, hal-hal yang mutasyabihat, serta berlebih-lebihan dalam perkara mubah yang tidak dibutuhkan. (Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam).
- Meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat termasuk tanda baiknya Islam seseorang. Kebaikan Islam seseorang akan memberikan banyak kebaikan, dilipatgandakan pahalanya, dan dihapus dosa-dosanya. Rasulullah SAW bersabda,“Jika Islam salah seorang dari kalian baik, maka setiap amal kebaikan yang ia lakukan akan dicatat (pahalanya) sepuluh kali lipat hingga tujuh ratus kali lipat dan setiap kejelekan yang dia lakukan hanya dicatat sebagai satu kejelekan. Hal ini berlaku sampai dia berjumpa dengan Allah ‘Azza wa Jalla.” (HR. Muslim )
- Batasan suatu perkara yang tidak bermanfaat adalah dinilai berdasarkan tolak ukur syariat, bukan sesuai hawa nafsu. Sebagian orang keliru memahami hadits ini dengan meninggalkan perkara wajib ataupun sunnah yang dianggap tidak bermanfaat seperti meninggalkan memberi nasihat untuk orang lain dan berbuat amar ma’ruf nahi munkar.
- Jika disebutkan Islam secara mutlak maka terkandung di dalamnya iman dan ihsan, yaitu seluruh syariat dalam agama baik yang lahir maupun yang batin. Seorang muslim berdasarkan status ke-Islamannya terbagi menjadi dua : yaitu yang baik Islamnya dan jelek Islamnya sebagaimana diisyaratkan dalam kandungan hadits di atas. Barangsiapa yang bisa melaksanakan Islam lahir dan batin maka dia seorang yang baik Islamnya. Allah SWT berfirman : “Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus ? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya “ (An Nisaa’:25)
- Hadits di atas menunjukkan bahwa ke-Islaman seseorang bertingkat-tingkat, tidak sama antara satu orang dengan orang yang lain.
- Barangsiapa yang tidak bisa meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat menunjukkan jeleknya status keislaman orang tersebut, misalnya dengan melanggar perkara haram dan makruh baik dengan perkataan maupun perbuatan. (Bahjatul Quluubil Abrar)
- Motivasi untuk melakukan perkara yang bermanfaat dan mempergunakan waktu di dalam hal-hal yang mendatangkan manfaat bagi seorang hamba di dunia dan akhirat. Nabi yang mulia shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Bersemangatlah atas hal-hal yang bermanfaat bagimu. Minta tolonglah pada Allah, jangan engkau lemah.” (H.R Muslim)
SUMBER: MUSLIMAH