PERNAH nggak Anda mendengar istilah ‘Angin Duduk’? Tahukah Anda kalau angin duduk merupakan salah satu jenis penyakit jantung yang memiliki istilah ilmiah Angina Pektoris.
Agar Anda lebih tahu, berikut ini penjelasan dari dr. Addiena Primawati, SpJP, seorang dokter spesialis jantung Rumah Sakit Evasari Awal Bros Jakarta yang akan mengajak kita untuk mengenal penyakit jantung Angina Pektoris ini.
BACA JUGA: Muslimah, Mari Kita Kenali Gejala dan Penyebab Penyakit Polio
“Angin duduk atau angina pektoris adalah rasa nyeri pada dada yang terjadi saat aliran darah dan oksigen menuju otot jantung tersendat atau terganggu,” menurut penjelasan dokter Addiena Primawati.
Terdapat dua jenis angina pektoris yaitu angina stabil dan angina tidak stabil.
Nyeri dada pada angina stabil biasanya akan membaik dalam jangka 5 menit setelah beristirahat atau mengonsumsi obat. Angina stabil biasanya dipicu oleh olahraga berat, stres, masalah pencernaan, atau kondisi medis lain yang mendorong jantung bekerja lebih keras.
“Walaupun tidak berbahaya, angina stabil berpotensi mengakibatkan serangan jantung jika tidak ditangani dengan tepat,” tambahnya.
Angina tidak stabil merupakan nyeri dada yang dirasakan tanpa penyebab awal yang jelas dan biasanya tidak kunjung membaik setelah beristirahat atau mengonsumsi obat. Rasa nyeri yang dialami lebih lama dibanding angina stabil, yaitu sekitar 30 menit.
Ini merupakan kondisi darurat dan membutuhkan penanganan medis segera.
Penyebab angin duduk atau angina pektoris.
Jantung merupakan organ utama dalam tubuh, di mana peredaran darah dan oksigen harus selalu lancar agar organ tubuh lainnya dapat bekerja dengan baik.
Seperti organ-organ lainnya, jantung juga membutuhkan nutrisi dan oksigen agar dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Nutrisi dan oksigen tersebut disuplai oleh pembuluh darah yang disebut arteri koroner.
Dokter Addiena Primawati menjelaskan bahwa dalam jangka waktu tertentu, arteri berisiko diendapi plak seperti lemak, kolestrol, kalsium dan zat lainnya yang mengakibatkan pembuluh darah menyempit dan tersumbat (aterosklerosis).
Kondisi ini mengakibatkan otot jantung bekerja lebih keras, khususnya pada saat melakukan aktivitas berat, yang pada akhirnya berpotensi mengakibatkan gejala angina pektoris, atau yang lebih parah adalah penyakit jantung koroner (PJK).
Siapa yang memiliki risiko terkena angina pektoris?
Risiko seseorang dapat mengalami angina pektoris bisa meningkat dengan kondisi berikut:
- Saat kita memasuki usia tua,
- memiliki keturunan kelainan jantung atau gejala angina,
- gaya hidup tidak sehat,
- kondisi medis bermasalah lainnya seperti hipertensi, kolestrol tinggi, dan diabetes.
“Selain itu, gaya hidup juga menjadi faktor yang dapat meningkatkan risiko, seperti merokok, mengonsumsi alkohol berlebih, mengonsumsi makanan berlemak, kurang berolahraga, obesitas, dan stres,” katanya.
Apa saja gejala angin duduk?
Ada beberapa hal yang bisa menjadi gejala awal terjadinya serangan angin duduk. Angina pektoris umumnya ditandai dengan yang berikut:
- Rasa nyeri pada dada seperti ditekan, berat, dan tumpul,
- nyeri juga dapat menyebar atau hanya dirasakan di dada kiri, lengan kiri, leher, rahang, dan punggung,
- mendadak sesak napas, mudah lelah, maupun merasakan nyeri seperti gejala penyakit asam lambung.
“Angin duduk atau angina pektoris tidak mudah untuk didiagnosis karena ada beberapa penyakit yang memiliki gejala yang hampir sama, contohnya penyakit asam lambung,” menurutnya.
Karena itu, selain melakukan tes fisik dan menanyakan riwayat kesehatan pasien beserta keluarga, tes berikut juga akan dilakukan:
- Elektrokardiogram (EKG), untuk memeriksa aliran listrik jantung dan memantau jika terdapat interupsi pada irama jantung.
- Tes toleransi olahraga (ETT), untuk memantau toleransi jantung saat melakukan olahraga ringan hingga berat. Tes ini umumnya dilakukan di atas mesin treadmill atau sepeda statis.
- Foto Rontgen dan CT scan. Pemindaian ini dilakukan untuk memeriksa kondisi otot, pembuluh darah dan ukuran jantung, dan paru-paru.
- Angiogram koroner, untuk memeriksa kondisi arteri jantung dengan menyuntikkan zat pewarna (bahan kontras) khusus dan dipantau dengan memasukkan selang tipis dan lentur (kateter) melalui pembuluh darah besar di paha atau lengan menuju ruang jantung.
Dokter biasanya akan merekomendasikan tes ini jika diagnosis angina belum ditemukan atau pasien mengalami angina tidak stabil.
BACA JUGA: Muslimah, Begini Gejala dan Penyebab Kanker Rahim
Itulah beberapa hal penting terkait penyebab dan gejala angin duduk atau angina petroit yang perlu Anda ketahui. Keluar di malam hari memungkinkan kita dan Si Kecil terkena angin malam. Ini bisa berbahaya untuk kesehatan. Selain itu, berlama-lama duduk berhadapan dengan AC juga bisa menambah peluang untuk terkena angin duduk.
“Apabila Anda atau keluarga memiliki gejala seperti yang tersebut di atas segeralah memeriksakan diri ke dokter atau rumah sakit terdekat sebelum terlambat karena dapat berakibat fatal sampai dengan kematian mendadak,” tutupnya. []
SUMBER: POPMAMA