PALESTINA–Kondisi ekonomi Palestina kian memburuk tanpa adanya perbaikan. Baru-baru ini Wakil Menteri Pembangunan Sosial di Gaza, Ghazi Hamad, mengatakan 70% dari penduduk yang terkepung di Jalur Gaza menderita kerawanan pangan. Sebanyak 33,8% dari mereka hidup di bawah garis kemiskinan ekstrem.
“Sejumlah besar penduduk Jalur Gaza terpaksa membeli makanan dan air minum dengan meminjam karena lemahnya pembiayaan pangan bagi keluarga-keluarga miskin dan tidak tersedianya air minum yang layak untuk diminum,” kata Hamad, Selasa (17/12/2019).
BACA JUGA: Cerita Pemuda Di Gaza, Pernikahan Menjadi Impian yang Sulit Terwujud
Sementara itu, pakar dan analis ekonomi Osama Naufal, mengatakan bahwa pada 2019 ini terjadi penurunan tingkat pertumbuhan ekonomi sebagai akibat dari blokade dan perpecahan Palestina.
Dia menjelaskan bahwa tingkat pertumbuhan minus adalah dasar dan yang berlaku selama tahun 2019. Dia menyatakan bahwa data-data yang ada menunjukkan bahwa pada kuartal ketiga tahun 2019 tidak terjadi adanya perbaikan dalam situasi ekonomi Palestina khususnya di Jalur Gaza.
BACA JUGA: Lebih dari 25% Yahudi di Permukiman Sekitar Gaza Berpikir untuk Pindah
Dia menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi di Jalur Gaza mencapai minus 8. Sementara di Tepi Barat turun menjadi sekitar 2%. Dia mengingatkan adanya penurunan produksi domestik.
Dia mengingatkan bahwa ada peningkatan signifikan dalam tingkat pengangguran di wilayah Palestina. Di Jalur Gaza mencapai 46% pada kuartal ketiga 2019. Sementara di Tepi Barat mencapai 18%. []
SUMBER: PALINFO