SHAFIYAH adalah putri Huyay bin Akhthab, pemimpin suku Yahudi Khaibar. Huyay memerangi dan menampakkan permusuhan terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, meskipun dia tahu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi merupakan nabi akhir zaman, sebagaimana termaktub dalam kitab Taurat.
Pasukan kaum muslim berhasil mengalahkan benteng pertahanan terakhir suku Yahudi di Khaibar. Huyay bin Akhthab mati terbunuh dalam peperangan itu. Sementara putrinya, Shafiyah, tertangkap dan menjadi salah satu tahanan perang. Shafiyah adalah anak kesayangan bapaknya dan pamannya.
Ibnu Ishaq menceritakan:
Rasulullah melangsungkan pernikahan dengan Shafiyah binti Huyay di Khaibar atau di salah satu perjalanan. Dan wanita yang merias Shafiyah binti Huyay untuk pernikahannya dengan Rasulullah, menyisir rambutnya, dan merapikannya adalah Ummu Sulaim binti Milhan ibunya Anas bin Malik.
BACA JUGA: Rasulullah Meminjam Baju Besi Shafwan bin Umayyah
Rasulullah bermalam dengan Shafiyah binti Huyay di kemah beliau. Sedangkan Abu Ayyub Khalid bin Zaid dari Bani An-Najjar semalaman penuh menjaga dan mengitari kemah beliau dengan pedangnya yang ter hunus. Pada keesokan harinya, ketika Rasu lullah melihat Abu Ayyub berada di sekitar kemah, beliau bertanya, “Ada apa denganmu wahai Abu Ayyub?”
Abu Ayyub menjawab, “Wahai Rasulullah, aku takut jika wanita ini mencelakaimu, karena engkau telah membunuh ayah, suami, dan kaumnya dan ia juga baru saja memeluk Islam, jadi, aku takut jika ia mencelakaimu.”
Para ulama berkeyakinan bahwa Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam berdoa: “Ya Allah, jagalah Abu Ayyub, sebagaimana ia semalam penuh menjaga diriku.”
Ketika Rasulullah dalam perjalanan pulang dari Khaibar dan tiba di salah satu tempat pada akhir malam, beliau bersabda kepada para sahabat, “Siapa di antara kalian yang bersedia berjaga sampai shubuh untuk kita sehingga kita bisa tidur?”
Bilal berkata, “Aku bersedia berjaga sampai shubuh untukmu, wahai Rasulullah.”
Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam pun berhenti dan para sahabat pun ikut berhenti, lalu merekapun tidur. Kemudian Bilal shalat beberapa raka’at. Usai mengerjakan shalat, kemudian ia bersandar pada untanya untuk menanti datangnya shubuh tiba, akan tetapi ia tidak bisa mengalahkan rasa kantuk akhirnya dia pun tertidur pulas.
Tidak ada yang membangunkan Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat kecuali sengatan panas sinar matahari.
Rasulullah bangun lebih awal dari sahabat-sahabatnya. Beliau bersabda, “Apa yang engkau perbuat terhadap kami, wahai Bilal?”
BACA JUGA: Peringatan dari Rasulullah: Akan Datang Nabi Palsu dari Yamamah
Bilal menjawab, “Wahai Rasulullah Dzat yang membuatmu tidur membuatku tidur juga sebagaimana tidurmu.”
Rasulullah berkata, “Engkau berkata benar.”
Kemudian Rasulullah menuntun untanya tidak terlalu jauh, lalu berhenti. Setelah itu Beliau berwudhu dan para sahabat pun mengikutinya, kemudian menyuruh Bilal mengumandangkan iqamah kemudian shalat bersama kaum Muslimin.
Setelah mengucapkan salam, Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam menghadapkan badannya ke arah para sahabatnya sambil bersabda, “Apabila kalian lupa menunaikan shalat, maka shalatlah apabila kalian telah ingat, karena Allah Ta ‘ala berfirman: Dan dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku (Thaha: 14). []
Referensi: Sirah Nabawiyah perjalanan lengkap Kehidupan Rasulullah/ Asy Syaikh Al Muhaddits Muhammad Nashiruddin Al Albani/ Akbar Media