Oleh: Arief Siddiq Razaan
MENJOMBLO karena prinsip, bukan karena nasib. Percayalah, godaan untuk berpacaran bisa datang dan pergi tetapi kesanggupan menikah itu yang patut diteladani.
Jomblo itu pilihan sama halnya pacaran, lalu apa salahnya kami memilih jomblo untuk menjaga diri dari kemungkinan terburuk. Kami enggan menjadi barisan para mantan, selalu gagal berdamai dengan keadaan akibat pernah menjadi korban perselingkuhan.
Jangan pikir tidak ada yang berniat menjadikan kami sebagai kekasih, tetapi maaf kami tidak butuh berkasih-kasihan jika sebatas pacaran. Kalau cinta kasih sudah dipergunakan habis-habisan semasa pacaran, lalu apa yang tersisa saat pernikahan?
Masih mending kalau yang jadi pacar mau menikahi, kalau bosan lalu meninggalkan bukankah itu menjadikanmu sebagai pesakitan. Jangan bicara sakitnya tuh di sini sambil tunjuk dada kalau mengalami kejadian yang demikian. Salah sendiri mudah terperdaya bujuk rayuan hingga terjerembab pada kemaksiatan.
Kami menasehati penggiat pacaran bukan karena merasa iri hati. Lagian apa yang kami iri dari kalian, seluruh jiwa dan badan sudah jadi barang bekas percintaan yang tak sesuai aturan. Hanya saja, kami merasa kasihan apabila nasibmu mengenaskan. Jadi korban salah tafsir cinta sebagai pacaran, lalu berujung pada penghianatan.
Pernah belanja ke supermarket? Pada setiap barang kemasan tertera pesan ‘jangan diterima bila segel rusak’. Harusnya ini berlaku juga saat memilih jodoh, jangan mau rusak dulu sebelum ditebus dengan ijab kabul dalam pernikahan.
Kalau saja mau menggunakan akal sehat, pasti yang berpacaran merasa menyesal. Mau putus sudah terlanjur diapa-apakan, diteruskan kerap mengorbankan perasaan, akibatnya cuma bisa menurut meski sudah diselingkuhi sekian kali daripada tidak diterima pasaran. Itulah salahnya tubuh digratiskan untuk melampiaskan hasrat pacaran.
Kalau kami boleh menebak, para penggiat pacaran pasti menyediakan tisu atau saputangan. Untuk jaga-jaga kalau sampai menangis akibat harus berkorban perasaan. Dari itu, kami selaku jomblo yang baik hati mengucapkan turut berduka cita atas kematian perasaanmu akibat ditikam kekerasan dalam pacaran, tetapi jangan mau terus-terusan diperlakukan demikian, kalau kata pepatah ‘keledai saja tak mau jatuh di lubang yang sama.’
Pastinya lebih pintar dari keledai bukan? Ya iyalah, buktinya sudah memintarkan diri dengan berani belajar pacaran. Ciee cieee ciee, selamat ya. Namun kalau harus jadi barisan para mantan jangan pula menyalahkan keadaan apalagi Tuhan, sebab putus cinta sudah biasa sedangkan putus asa adalah dosa. Kalau tak mau dikatakan putus urat malu baiknya begitu putus cinta segera sadar dan lakukan pertaubatan, barangkali jodoh yang lebih baik benar-benar datang sebagai anugerah terindah dalam kehidupan. []