Oleh: Shela Rahmadhani, S.Pt.
Penggerak Forum Pemuda Muslim
shelarahmadhani@gmail.com
Berorganisasi adalah perkara yang penting apalagi mengorganisasi sebuah kebaikan. Bahkan organisasi adalah bagian dari sunah Rasul. Hal ini sebagaimana tampak jelas ketika Rasulullah meminta 12 orang pemimpin suku Aus dan Khazraj untuk bertanggung jawab atas masing-masing kaumnya, sedangkan Rasulullah kemudian bertanggung jawab terhadap keseluruhan Aus dan Khazraj yang luas melalui 12 perwakilan tersebut. Begitulah kemudian Rasulullah memulai mengorganisir Yastrib (Madinah) ketika itu.
Lalu, perkataan Ali bin Abi Thalib menyiratkan terkait pentingnya organisasi: “kebaikan yang tidak terorganisir akan dikalahkan oleh kejahatan yang terorganisir,” (Ali bin Abi Thalib).
Dalam sebuah hadits Rasulullah juga memerintahkan untuk mengangkat pemimpin ketika melakukan perjalanan. Di mana, aspek penting dari organisasi adalah adanya pemimpin untuk bertanggung jawab dan mengoordinir anggota-anggotanya.
BACA JUGA: Sekelumit Sejarah Islam, Organisasi Muslim dan Masjid di Prancis
Sebagaimana sabda Rasulullah, “Jika tiga orang (keluar) untuk bepergian, maka hendaklah mereka mengangkat salah seorang dari mereka sebagai ketua rombongan.” (HR. Abu Dawud).
Ini adalah landasan berorganisasi, ternyata Rasulullah adalah teladan organisator.
Lalu, setelah punya landasan yang kuat, maka perlu memahami beberapa hal yang diasah dan diperoleh dalam organisasi.
Setidaknya ada lima manfaat kenapa harus berorganisasi:
Melatih kepemimpinan
Organisasi adalah sebuah tempat untuk melatih kepemimpinan. Karakter kepempimpinan sudah seharusnya ada pada setiap muslim tanpa terkecuali, karena Rasulullah Saw bersabda,
“Tiap-tiap kalian adalah pemimpin…” (HR. Bukhari).
Karakter pemimpin di antaranya adalah berani, berwibawa, berpengaruh, mampu mengambil tindakan dan keputusan.
Organisasi adalah wadah untuk melatih keberanian, keberpengaruhan, menjaga kehormatan diri dan kehormatan yang lain (wibawa), dan diharuskan mampu mengambil keputusan yang adil dan tepat.
Keberanian yang dimaksud adalah ketika mampu mengeluarkan ide dan pendapat dengan cara yang baik, tajam tetapi tetap santun. Adapun jika harus berdebat, tetap mampu mengelola debat agar tetap berada pada konten yang didebatkan, bukan mencari-cari kesalahan lawan atau membela kesalahan diri. Ini perlu latihan. Adanya aktivitas musyawarah di dalam organisasi, diskusi dan tukar pikiran akan mampu mengasah keberanian. Dan jika salah, individu hanya malu di depan teman-temannya saja, tidak di publik.
Ketika berani mengeluarkan pendapat, maka akan secara otomatis seseorang tengah melatih keberpengaruhan dirinya. Dia akan mampu melakukan penilaian tentang seberapa lemah dan kuatnya pendapatnya. Jika masih lemah, dia akan belajar lagi, jika sudah kuat, dia juga tidak perlu merasa bangga dengan dirinya, cukup menjadi modal untuk memiliki rasa percaya diri saja dalam menyampaikan.
Mengambil keputusan adalah perkara yang sulit. Seorang pemimpin harus mampu mengambil keputusan dalam seluruh kondisi dengan tepat dan sebaik-baiknya. Biasanya, pemimpin banyak yang tidak pandai mengambil keputusan atau bahkan takut mengambil keputusan. Memang itulah tugas pemimpin, mengambil keputusan dengan seluruh konsekuensinya.
Oleh karena itu, pengambilan keputusan yang penuh dengan keyakinan itu dipengaruhi oleh tingkat pengalaman dan pengetahuan pemimpin. Namun, mentalitas perlu juga dibentuk. Karena banyak juga mereka yang punya segudang ilmu dan pengalaman tapi tidak berani mengambil keputusan. Nah, organisasi adalah jalan itu semua. Karena keputusan wajib harus diambil, karena ada banyak anggota yang membutuhkan keputusan seorang pemimpin.
Melatih ketawadhuan
Dalam organisasi, sikap tawadhu (rendah hati) adalah sebuah keharusan, utamanya di dalam menaati pemimpin selagi pemimpin memerintahkan kebenaran. Sikap tawadhu’ adalah perkara yang penting dibentuk. Dengan itu sifat sombong di dalam diri akan hilang. Ketawadhu’an juga kunci dapat melihat kekurangan orang lain dengan benar. Rendah hati bukan berarti tidak kritis dan idealis. Justru rendah hati menjadikan individu berbicara untuk kebenaran, bukan untuk merendahkan, meremehkan atau memukul seseorang.
Rendah hati adalah sebuah sifat yang berkebalikan dengan sombong. Rendah hati tidak sama dengan rendah diri. Rendah hati adalah sikap mampu mengakui kebenaran yang disampaikan orang lain dan mampu mengakui kesalahan dirinya. Rendah hati adalah kemauan menuruti sesuatu yang benar walaupun bersumber dari orang yang lebih rendah dari dirinya, dan tidak melakukan pembangkangan terhadap kebenaran. Tawadhu itu letaknya dihati.
Orang yang berkarakter keras bisa rendah hati, jika dia tunduk pada sesuatu yang benar, sedangkan orang berkarakter lembut, justru bisa tinggi hati (sombong) jika dia hanya menuruti hawa nafsu nya tanpa menghiraukan kebenaran.
Dalam organisasi, ketaatan kepada pemimpin yang memerintahkan kebaikan adalah salah kunci penting sampainya organisasi pada tujuannya. Ajaran tawadhu itu menghasilkan individu yang bisa memimpin dan ridho dipimpin.
Adanya amar maruf nahi munkar (Menegur yang salah, mengajak ke yang benar)
Di dalam organisasi, kekhilafan dan kesalahan adalah perkara yang akan terus dihadapi. Dalam setiap kesempatan, pasti akan ada banyak kesalahan yang dilakukan baik sengaja atau tidak sengaja dalam tubuh dan organisasi. Oleh karena itu adanya cek dan ricek menjadi perkara yang lumrah ditemui. Tapi kalau berujung cekcok, ini namanya kurang arif dan kurang piknik (kurang wawasan dan pergaulan). Dan amar makruf nahi munkar tersebut tidaklah mudah.
Memberi komentar, dikomentari, memberi saran, menunjukkan kesalahan orang lain, memberikan gambaran yang benar adalah sekumpulan aktivitas amar makruf nahi mungkar, dan ini adalah perkara-perkara yang sulit bagi mereka yang jarang melakukannya.
Pernahkah anda tidak berani menegur temannya ketika bersalah? Atau, pernahkah menegur, malah menyakiti hati saudaranya. Nah, bisa jadi karena amar makruf nahi Munkar ini tidak dibudayakan. Jadi, sulit melakukan. Dan sekalinya melakukan, malah salah ucapan.
Orang yang selalu menegur temannya, akan senantiasa bertransformasi dalam kemampuan komunikasinya. Dia mencoba cara satu, salah, maka, ia coba cara dua untuk memperbaiki. Sembari ia juga akan terus belajar cara cara menegur yang baik di dalam Islam. Tidak menyindir, sopan, kalimat yang ahsan (baik), tidak membentak, didahului mohon maaf dan ucapan cinta kasih, menggunakan diksi penyadaran sehingga orang tersadarkan.
Jika sampai pada level orang yang ditegur membatu (tidak berubah dan tidak sadar), maka ia menggunakan cara dan adab amar makruf dengan level tegas. Itulah beberapa cara cara amar makruf (dakwah atau memberi nasihat) kepada sesama saudara di dalam organisasi yang akan terus bertransformasi sampai menjadi ideal. Oleh karena itu, kebiasaan mampu amar makruf dengan baik tentu harus mulai dibentuk, salah satunya adalah dilatih di organisasi.
Skill Manajemen
Manajemen adalah mampu mengatur secara baik tugas-tugas dan manusia. Manajerial terdiri dari manajerial manusia dan manajerial agenda. Mengatur teknis dan konsep adalah kategori manajerial agenda, sedangkan mengatur struktur dan fungsi adalah manajerial sumber daya manusia (SDM).
Skill manajemen ini harus dilatih, tidak bisa diperoleh dengan sim salabim (instan), harus dibarengi dengan belajar. Apalagi ketika telah memiliki jadwal terbang organisasi yang sudah tinggi, dan mengurusi manusia yang banyak, insyaAllah tingkat manajemen juga harus tinggi. Kalau tidak agendanya akan berantakan dan orang yang diurusnya bisa terzalimi. Organisasi tidak akan mungkin tanpa manajerial.
Belajar bijaksana
Selain empat poin sebelumnya, perkara yang paling penting dalam organisasi adalah bijaksana. Dalam organisasi, akan berinteraksi dengan banyak orang dan beragam orang. Setiap orang pasti memiliki cara pandang berbeda, prinsip berbeda, latar ilmu berbeda, dan perbedaan lainnya. Adanya saling interkoneksi perbedaan sebenarnya menjadikan pengetahuan individu menjadi luas.
Namun, di tengah perbedaan itu, individu organisatoris dituntut agar mampu berlaku yang tepat. Dia harus mampu mencari titik temu dan titik kesamaan di antara perbedaan yang tinggi tersebut. Dia harus mampu memberi masing masing perlakuan yang tepat dalam perkara yang tidak bisa disamakan satu sama lain (perbedaan).
Misal, ada individu tidak mampu desain, tapi rapi dalam membuat daftar perhitungan keuangan. Maka, organisatoris harus memberikan job yang tepat sesuai dengan apa yang mereka miliki.
BACA JUGA: Kyai Hasan: Umat Islam Kini Tengah Dikucilkan Seperti Nabi Yusuf, Harus Bersatu
Contoh lain, misalnya di tengah tingginya perbedaan pandangan tentang konsep acara, maka carilah titik kesamaan dari keduanya dan minta satu sama lain mengalah untuk kemaslahatan.
Termasuk juga strategi komunikasi terhadap setiap orang harus bijaksana. Banyaknya kontak dengan beragam manusia harus berkorelasi dengan pandangan yang luas dalam mendeteksi perkara persamaan dan perbedaan. Dengan itu organisatoris bukan tipe yang memaksakan ikan memanjat di pohon. Tapi, menempatkan ikan berenang di air, dan monyet bergantung di pohon. Lalu kita katakan, mereka sama sama hewan, jadi gak usah gaduh.
Kemampuan dalam organisasi penting bagi individu, namun, harusnya memiliki tujuan yang besar yakni menjadi konseptor peradaban. Dunia di masa yang akan datang adalah kerja manusia hari ini. Maka, sebuah kemampuan organisasilah diantara yang dapat menghantarnya.
Jika hari ini kita sukses mengorganisir sebuah acara, kegiatan, dan kelompok, maka untuk mengorganisir skala peradaban (negara) tentu hal yang bisa kita lakukan. Sehingga tujuan organisasi bukan untuk diri semata, melainkan organisasi dapat dimuarakan pada satu tujuan besar yakni mengkonsep dunia di masa depan (peradaban). Mari menjadi muslim organisatoris. []
OPINI adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari OPINI di luar tanggung jawab redaksi Islampos.