PADA 1 – 3 Januari 2020, sekelompok pemuda berseragam hitam dengan lambang tameng merah bulan bintang di lengan kanan, mereka dalah Brigade Pelajar Islam Indonesia (BPII) Jawa Timur yang menggelar aksi sosial menyelamatkan akidah umat.
Dinahkodai oleh seorang Komandan yang akrab disapa Adham Hakam Amrulloh, didampingi oleh perwkilan rekan rekan Brigade PII se Jawa Timur yang bergerak mengatasnamakan ‘Kemah Dakwah Pelajar’ ke perbatasan ponorogo-Pacitan, tepatnya di pelosok Dukuh Ngendut, Desa Tugurejo, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo (15 KM ke timur dari Pasar Gemah Pacitan). Membutuhkan waktu satu jam dari Ponorogo kota.
Tak ada asap tanpa api, mungkin ini yang dapat menggambarkan peristiwa ini, “kampung mualaf” inilah api nya. Kampung ini dihuni oleh 46 Kepala keluarga dengan jumlah penduduk 163 jiwa ini Awalnya warga kampung ini beragama Kristen Katolik. Alhamdulillah sejak 1980an hingga 2000an satu per satu mereka meninggalkan gereja dan menjadi Mualaf, hingga disebutlah dengan “Kampung Mualaf.”
BACA JUGA: Ini Kisah Pria di India, Jadi Mualaf dan Bangun 90 Masjid setelah Hancurkan Sebuah Masjid
“kami bergerak karena kami merasa mereka adalah saudara kami, sekecil apapun bentuk bantuan itu, harus kami usahakan” papar Adham Hakam Amrulloh komandan Brigade PII jawa timur dalam koordinasi awal di Base Camp, di Desa Jetis, Ponorogo
“kegiatan yang hanya belangsung selama tiga hari ini belum cukup untuk membentengi dan mengamankan Aqidah umat dari kristenisasi, maka dari itu harus ada kegiatan lanjutan, kegiatan lanjutan lagi dan terus menerus berkelanjtan” tambah Chamid selaku koordinator lapangan Kemah dakwah Pelajar Brigade PII kali imi.
Umat Islam di Kampung Mualaf sangat kekurangan fasilitas. Sebagian besar lahannya adalah persawahan, jarak rumah warga rata-rata 100 meter antar rumah. penuh dengan persawahan, ladang Jagung, Jahe dan Kunyit, jarak mushola satu dengan lainnya berjarak sekitar 3 kilometer, ditambah lagi dengan medan yang curam dan licin jika hujan. Apalagi dengan pendidikan warga yang rata-rata hanya sampai lulus SD, mengundang teman-teman Brigade untuk terjun langsung ke masyarakat di kampung Mualaf.
Menurut sesepuh setempat, awal mula warga di sana adalah penganut agama Islam. pemurtadan diawali oleh adanya villa daerah sana yang dialihfungsikan sebagai gereja oleh tokoh dewan Alm. Pak Riyono (Katholik). Beliau sangat memasyarakat dan membantu perekonomian warga setempat, hingga akhirya sebagian besar masyarakat memeluk agama katolik.
Namun hal itu tak menyulut kekuatan aqidah Pak Karno, Pak Min dan Pak Man yang terus berjuang mempertahankan warga setempat. Hingga kini di dukuh tersebut tepatnya di RT 1 yang diketuai oleh Pak Muhammad Sabar (yang sebelumnya memiliki nama Philipus Sabar) Alhamdulillah tersisa empat orang yang merayakan Natal 2019 digereja villa. Walaupun villa itu sempat diminta untuk ditutup gereja tersebut, karena izin pembangunan adalah villa bukan pendirian gereja.
Perayaan natal 2019 dihadiri dari jemaah luar daerah setempat, datang ke gereja tersebut dan membersamai perayaan Natal empat warga katolik dari warga RT 1 Dukuh Ngendut. Selain itu, pada bulan Mei 2019, pihak gereja sudah mulai melirik kampung ini lagi dengan mengadakan penyuluhan kesehatan yang membawa 10 dokter serta tim medis dari Surabaya. Kegiatan tersebut bisa dibilang sukses dari target 400 warga yang hadir terlampaui hingga 550 warga, begitu paparan dari pak Kamituo (perangkat Desa).
Warga kampung Mualaf ini seakan-akan kembali merasa dihantui dengan berbagai macam bantuan untuk merasakan kebermanfaatan dari pihak gereja, hal ini membuat gusar Keluarga Besar (KB) PII setempat dan segera dikabarkan kepada teman-teman Brigade PII Jatim hingga akhirya Brigade PII jatim menrancang kegiatan dan terjun langsung ke masyarakat di kampung Mu’alaf.
Awal tahun, 1 januari 2020 para relawan Brigade PII menyalurkan donasi Mukena, Sarung, Sajadah dan 170 Al quran, bahan makanan, dana pembangunan Masjid yang mulai dirintis pada Ramadhan 2019. Brigade PII Jatim berhasil menggandeng Hidayatullah, Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia, Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Jatim, Yatim Mandiri, Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Ponorogo, dan perangkat desa.
Dua puluh tujuh pelajar yang tergabung dalam relawan Brigade melakukan survey dengan warga setempat dan berharap mereka merasakan persaudarakan islam untuk memperkuat aqidah, dari hasil survey langsung diketahui bahwa banyak masyarakat yang masih belum menjalankan shalat meskipunpun sudah bersyahadat.
Selain faktor fasilitas, pendidikan keislaman, faktor ekonomi juga menjadi kendala utama warga untuk Kaffah menjalankan keislamannya, apalagi baru-baru ini tanaman cengkeh yang menjadi sumber pendapatan utama warga terkena virus yang menyebabkan 700 pohon menggering sehingga ekonomi kampung tersebut menurun drastis. Bahkan ada yang merasa berhutang budi terhadap pihak gereja karena tanah, bangunan rumah, lahan pertanian diberikan kepadanya secara cuma-cuma.
Kegiatan Kemah Dakwah yang dilakukan Brigede PII tersebut juga dibantu oleh pelajar dari Tegalombo, Pacitan. Serangkaian kegiatan meliputi pembagian Al-Quran kepada warga, pembagian alat shalat dan baju layak pakai, survey keisaman warga setempat, pembinaan pelajar setempat, Pengajian umum, bakti sosial, membantu pekerjaan warga serta membantu pembangunan masjid.
BACA JUGA: Kisah Fatima Paciotti, Mualaf yang Buka Butik Fashion Muslim ‘Kelas Atas’ di Italia
Dukuh Ngendut membutuhkan pembina keislaman untuk dapat menjalankan ibadah secara baik, hal ini tercermin dari shalat jumat di masjid terdekat hanya dihadiri kurang dari 10 orang diantara banyak penganut Islam di sana. Warga merasa terombang-ambing dalam berkeyakinan karena tidak adanya tokoh yang mampu memberikan pendidikan dan pemahaman keislaman secara rutin. Untuk itu, saat ini tengah beragsung pembangunan Masjid Muhajirin yang harapanya dari masjid ini menjadi awal usaha penguatan aqidah warga setempat.
Brigade PII jatim berencana mengadakan proyek dakwah lanjutan baik dikampung mualaf maupun di titik lain. Dalam waktu dekat akan ada penyaluran buku panduan shalat untuk kampung Mualaf. Ke depannya Brigade PII berharap dapat terus terjun ke masyarakat, bertambah lokasi dan semakin luas memberikan manfaat kepada umat. [Fitri, Adam, Bedjo]
KIRIMAN: CHAMID BALITAR | adipati.cmd@gmail.com