Oleh: Warsiti Afifah
Penulis dan Aktivis dan Pemerhati Masyarakat
warsitiiffah2@gmail.com
BEBERAPA hari yang lalu tagar #ConquestOfConstantinopel menjadi viral di sosial media. Hari saat tagar itu viral bertepatan dengan pembebasan Konstantinopel (Istanbul) oleh Sultan Muhammad Al Fatih. Momen ini dijadikan sarana untuk menggairahkan kembali perjuangan umat demi berjayanya Islam kembali. Selain tanggapan positif ada juga tanggapan negatif oleh sebagian kalangan.
Tanggapan negatif terhadap pembebasan Konstantinopel tersebut adalah:
Pertama, anggapan bahwa pembebasan Konstantinopel sebagaimana yang diisyaratkan Nabi SAW belum terlaksana.
BACA JUGA: Wafatnya Penakluk Konstantinopel
Terkait hal ini, dari Abdullah bin Bisyri al-Khats’amiy dari bapaknya bahwa dia mendengar Nabi SAW. bersabda,
“لَتُفْتَحَنَّ الْقُسْطَنْطِينِيَّةُ، فَلَنِعْمَ الأَمِيرُ أَمِيرُهَا، وَلَنِعْمَ الْجَيْشُ ذَلِكَ الْجَيْشُ
“Sungguh Kostantinopel akan dibebaskan, sebaik–baik amir adalah amirnya dan sebaik–baik pasukan adalah pasukan tersebut.”
Dengan bekal keimanan yang kuat dan keyakinan akan kebenaran ucapan Nabi, umat Islam berupaya merealisasikan hadits tersebut. Dimulai dari Maslamah bin Abdul Malik, Abu Ayyub al-Anshari (44 H), Sulaiman bin Abdul Malik (98 H), Harun al-Rasyid (190 H), Beyazid I (796 H), dan baru berhasil pada masa Sultan Muhammad Al Fatih (824 H).
Adapun hadits yang diriwayatkan Abu Daud:
عُمْرَانُ بَيْتِ الْمَقْدِسِ خَرَابُ يَثْرِبَ، وَخَرَابُ يَثْرِبَ خُرُوجُ الْمَلْحَمَةِ، وَخُرُوجُ الْمَلْحَمَةِ فَتْحُ قُسْطَنْطِينِيَّةَ، وَفَتْحُ الْقُسْطَنْطِينِيَّةِ خُرُوجُ الدَّجَّالِ
“Makmurnya Baitul Maqdis (yakni dengan banyak penduduk, bangunan dan harta) adalah tanda keruntuhan kota Madinah, runtuhnya kota Madinah adalah tanda terjadinya peperangan besar, terjadinya peperangan besar adalah tanda dari pembukaan kota Konstantinopel, dan pembukaan kota Konstantinopel adalah tanda keluarnya Dajjal.”
Dengan dasar hadits ini, musuh-musuh Islam berusaha untuk mengingkari atau mengerdilkan prestasi yang sudah diukir oleh Sultan Muhammad Al Fatih. Tujuan mereka jelas untuk menghalangi semangat perjuangan umat untuk merealisasikan janji Nabi yang kedua yaitu penaklukan Roma.
Terkait hadits Abu Daud di atas, Syaikh Ahmad Syakir menyatakan bahwa pembukaan kota Konstantinopel akan terjadi dua kali, yang pertama dengan amir Sultan Muhammad al-Fatih, merupakan pembuka untuk penaklukan yang lebih besar ini (tamhîdan lil fathil ‘a’dzam), dan yang kedua akan terjadi di akhir zaman, sebelum keluarnya Dajjal sebagaimana dalam hadits di atas. Pembukaan yang kedua ini berbentuk kembalinya kaum muslimin kepada agamanya setelah sebelumnya mereka berpaling dari agamanya (dengan mengadopsi sekularisme).
Kedua, tanggapan bahwa apa yang dilakukan oleh Sultan Muhammad Al Fatih terhadap Konstantinopel adalah keliru dan lebih tepat disebut aib sejarah. Tuduhan seperti ini sebenarnya sekadar mengulang tuduhan Imron Husein beberapa tahun lalu.
Sejatinya apa yang dilakukan oleh Sultan Muhammad Al Fatih terhadap Konstantinopel bukanlah kekeliruan apalagi aib sejarah umat Islam. Tuduhan ini bermuara pada setidaknya dua hal: pertama, Sultan Muhammad Al Fatih mengubah Gereja Hagia Sophia menjadi masjid, ini dianggap dosa yang memalukan. Kedua, pasukan Islam yang membongkar masuk kemudian memperkosa, merampas, dan membunuh bahkan sampai ke dalam gereja. Sultan mengijinkan hal ini terus berlanjut.
Terkait mengubah gereja menjadi masjid, tidak ada masalah dengan hal tersebut karena hukumnya memang boleh, baik gereja itu dibeli oleh umat Islam lalu dialihfungsikan, atau dihibahkan sebagaimana dalam kasus Sultan Muhammad Al Fatih, atau jamaat gerejanya berubah keyakinan menjadi muslim sebagaimana pada zaman Umar bin Khattab, di mana saat itu banyak orang-orang Romawi berbondong-bondong masuk Islam sehingga banyak gereja yang tidak berfungsi lagi, lalu Umar ra. menyerukan mengubah fungsi gereja menjadi masjid.
Thalq bin ‘Ali ketika menemui Rasulullah, lalu masuk Islam, beliau menanyakan bagaimana dengan tempat ibadah yang dia miliki. Maka Beliau SAW bersabda,
اخْرُجُوا فَإِذَا أَتَيْتُمْ أَرْضَكُمْ فَاكْسِرُوا بِيعَتَكُمْ وَانْضَحُوا مَكَانَهَا بِهَذَا الْمَاءِ وَاتَّخِذُوهَا مَسْجِدًا
“Pulanglah kalian, bila telah sampai ke negeri kalian, maka hancurkan kuil itu dan siramlah Puing-puingnya dengan air ini, lalu jadikanlah (bangunlah di atasnya) masjid.” (HR. An-Nasai)
Pasca takluknya Konstantinopel, Sultan Muhammad Al Fatih menuju Gereja Hagia Sophia, di mana didalamnya berkumpul orang-orang Nashrani Ortodox, mereka dalam keadaan ketakutan akan bayang-bayang penyiksaan, pemerkosaan dan pembunuhan seperti yang dilakukan tentara pasukan perang salib. Namun ketika Sultan Muhammad Al Fatih menemui mereka, beliau memberikan amnesti umum dan menjamin keamanan dan kebebasan beribadah mereka.
Melihat sikap yang mulia ini dan membandingkan dengan sikap pasukan salib sebelumnya, banyak para pendeta yang kemudian masuk Islam. Paus Genadius, sebagai pemimpin tertinggi gereja saat itu, memberikan kunci Hagia Sofia dan simbol penyerahan kota. Lalu apa salahnya mengalihfungsikan sesuatu yang sudah diberikan? Terlebih lagi Hagia Sofia adalah ‘icon’ kota tersebut, bukankah aneh jika pusat Khilafah ‘icon’nya adalah gereja?
BACA JUGA: Puasa Penakluk Konstantinopel, Muhammad Al Fatih
Terkait tuduhan bahwa pasukan Islam yang membongkar masuk kemudian memperkosa, merampas, dan membunuh bahkan sampai ke dalam gereja dan Sultan mengizinkan hal ini terus berlanjut, ini adalah kedustaan. Sebelum menyerang pun Sultan sudah mewanti-wanti, bahkan dibantu para ‘ulama yang berkeliling kepada para prajurit:
“Wajib bagi setiap pasukan, menjadikan ajaran syariat kita selalu di depan matanya dan jangan sampai ada di antara mereka melanggar ajaran syariat yang mulia ini. Hendaknya mereka menjauhi tempat-tempat peribadatan dan gereja-gereja, jangan mengotorinya. Hendaknya mereka jangan mengganggu para pendeta dan orang-orang lemah tak berdaya yang tidak ikut terjun dalam pertempuran.”
Jadi, sudah jelas bahwa tanggapan-tanggapan negatif tersebut adalah upaya musuh-musuh Islam untuk mengendorkan dan menghalangi semangat perjuangan umat dalam merealisasikan sabda Nabi SAW. []
OPINI adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari OPINI di luar tanggung jawab redaksi Islampos.