YOGYAKARTA–Sekira 45 desa di Kabupaten Kulon Progo, Bantul, dan Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) berisiko dihantam tsunami. Hal ini akibat pesisir pantai di puluhan desa tersebut kian serius terkena abrasi. Bakau yang ditanam untuk menjadi penghalang tsunami pun sulit tumbuh karena sampah.
Ribuan bibit bakau yang telah ditanam di Desa Jangkaran, Kecamatan Temon dan Pantai Trisik, Desa Banaran, Kecamatan Galur mati karena polusi. Dari dua bibit yang ditanam, hanya satu yang akan tumbuh menjadi pohon.
BACA JUGA: Kisah Muhammad Cheng, Masuk Islam Usai Melihat Keajaiban dalam Peristiwa Tsunami Aceh
“Dari 1.000 bibit, mungkin hanya sekitar 50% sampai 70% yang tetap bertahan hidup,” kata Septian Wijayanto, pengelola Hutan Mangrove Pantai Pasir Kadilangu, Jangkaran Senin (20/1/2020).
Septian mengatakan, Bibit bakau mudah mati dan kesulitan tumbuh gara-gara serbuan sampah dan limbah rumah tangga kiriman dari Sungai Bogowonto. Akibatnya, di area sepanjang 1,5 kilometer, ketebalan hutan bakau yang bentuknya laksana sabuk hanya 15 meter sampai 30 meter.
“Sekarang sudah lebih baik setelah warga berinisiatif melindungi bibit bakau dengan pagar bambu, sudah lebih terlindungi,” ujarnya.
Sementara itu, Sekretaris Paguyuban Laguna Pantai Trisik Edy Wiyanto mengungkapkan laguna yang sedang dikembangkan sebagai ekowisata mangrove tak berkembang sesuai rencana karena bibit bakau mati akibat limbah industri, sampah, dan dimamah hewan ternak warga.
“Kesadaran warga akan mangrove masih rendah. Sehingga harapan hidup masih kecil, kami butuh bantuan,” tuturnya. []
SUMBER: PIKIRAN RAKYAT