RESAH dan gelisah, cemas dan marah. Segala rasa ketidaknyamanan itu membuat para pemuka Quraisy kembali menemui Abu Thalib untuk terakhir kalinya, agar mau membujuk Rasulullah.
“Katakanlah padanya, ambillah apa saja yang dia inginkan dari kami, asalkan dia berhenti mengganggu kami dengan menyerukan agama barunya itu, membiarkan kami hidup tenang dengan agama kami!
Jika dia menginginkan harta kekayaan, maka kami siap menghimpun harta kami untuk diserahkan kepadanya, sehingga dia menjadi orang yang paling kaya di antara kami. Jika dia menginginkan kedudukan, maka kami akan mengangkatnya sebagai pemimpin kami.
Jika dia menginginkan kerajaan, maka kami akan mengangkatnya sebagai raja. Jika dia menginginkan wanita, maka kami akan mencarikan wanita yang paling cantik untuknya.
Akhirnya, Abu Thalib mengutus seseorang untuk memanggil Rasulullah datang kepadanya, untuk menyampaikan tawaran ini. Namun apa yang terjadi?
“Bagaimana pendapat kalian, jika kusampaikan satu kata saja, yang jika kalian ucapkan, niscaya kalian akan merajai bangsa Arab, dan bangsa yang bukan Arab pun akan tunduk kepada kalian?, sabda beliau pada para pemuka Quraisy.
Para pemuka Quraisy tercengang dan kebingungan mendengar sabdanya. Tak tahu bagaimana cara menyanggah satu perkataan yang sangat telak itu.
“Satu kata apa maksudmu?” tanya Abu Jahal. “Demi bapakmu, kami pun bisa memberikan kepadamu sepuluh kali lipatnya!”
“Ucapkanlah, ‘La ilaha illallah’, dan tinggalkanlah apa yang kalian sembah selain Dia!”
Sabda Rasulullah, membuat mereka semua protes dan pergi meninggalkannya.
Satu kata mukjizat itu!, ‘La ilaha illallah’, yang menjadikan Rasullullah; tak gentar hatinya menghadapi pemuka Quraisy, tak silau pandangannya melihat gemerlap dunia berupa harta, tahta dan wanita, tak putus asa dan menyerah walau diuji dengan berbagai macam cobaan, hingga nyawa beliau kerap menjadi incaran!
Karena dengan satu kata mukjizat itu, Rasulullah mendapatkan segala yang dia butuhkan dari Allah Swt, Dzat yang Maha punya segala.
Satu kata mukjizat itulah, yang membuat beliau senantiasa bersemangat dalam merajut hari-hari yang penuh pencapaian gemilang karena bersandar pada tali kokoh dan kuat.
Menjalani kehidupan yang lebih hidup karena meniatkannya untuk Allah, menjadi abdi Tuhan yang terbaik dari segala ciptaan-Nya.
Tiada Tuhan selain Allah! Betapa dalam maknanya. Satu kata yang melukiskan betapa tinggi keimanan seseorang kepada Allah, keyakinan bahwa Allah-lah Tuhan-nya, bahwa Allah-lah sandaran hidupnya, dimana ketika seseorang itu mengabdikan sepenuhnya jiwa raganya untuk Allah, dia akan selalu bersemangat dalam setiap detik kehidupan ini.
Ibarat berpegangan pada buhul tali yang amat kuat, yang tidak akan putus. Keimanan yang tinggi itulah yang menjadikan seseorang muslim kuat dan tidak mudah bersedih dalam menghadapi kehidupan, menatap masa depan dengan tegar dan optimis.
Karena Allah langsung yang akan memimpinnya. Kepada merekalah Allah angkat derajatnya ke tempat yang paling tinggi. []