KEBAIKAN itu mengundang kebahagiaan, sebagaimana dosa mengundang kesedihan. Harta yang halal, pasangan yang sah, pekerjaan yang baik, dan kedudukan yang pantas. Bukan menghalalkan segala cara, bukan hasil curang dan aniaya.
Setelah takwa pada Allah dan Rasul-Nya, kebahagiaan akan tiba melalui kebaikan yang kita lakukan. Membantu yang kesulitan, menghibur yang sedih, menguatkan yang lemah, mengangkat yang di bawah, mengenyangkan yang lapar, menjenguk yang sakit, dan mengantar jenazah yang meninggal.
BACA JUGA: Takwa Memiliki Tiga Tingkatan
Ya, kita mengundang kebahagiaan melalui kebaikan. Menguatkan yang kena musibah, menuntun yang buta, menunjuki yang tersesat, menghormati yang tua, menyayangi yang muda, menghargai sesama, menghaluskan tutur kata, melembutkan perilaku, dan menolong yang membutuhkan.
Membahagiakan orang lain itu membuat kita bahagia, memudahkan kesulitan, mencerahkan hati, melapangkan dada, menjernihkan pikiran, dan mengundang senyuman. Mencintai orang lain dengan kebaikan berarti mencintai diri sendiri, karena kebaikan yang dilakukan akan pula dibalas Allah dengan kebaikan yang serupa, bahkan melebihinya.
BACA JUGA: Letih Itu akan Hilang, Kebaikan akan Kekal
Murah hati, dermawan, penyayang, dan ringan tangan mengulurkan kebaikan. Inilah kemuliaan sebagaimana Dr. Aidh Al-Qarni menuturkan, “Nilai-nilai yang indah dan sifat-sifat yang tinggi tersebut akan membawa kebahagaiaan dan kedamaian. Juga dapat mengusir kesedihan, kesuntukan dan keresahan yang ada.”
Bila dosa merupakan pangkal kesedihan, maka kebaikan merupakan sumber kebahagiaan. Maka lakukan kebaikan untuk mengeliminir dosa, untuk menghapus penyebab kesedihan. Lakukan kebaikan agar kebahagiaan menghiasi kehidupan.
“Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk.”(QS Hud [11]: 114). []