Oleh: Siti Musriana
musrianadjafar@gmail.com
“Jika kalian melewati taman syurga maka berhentilah. Mereka bertanya,”Apakah taman syurga itu?” Beliau menjawab,”Halaqoh dzikir (majelis Ilmu).” (HR. Tirmidzi)
ILMU adalah harta yang sangat berharga. Namun ilmu berbeda dengan harta kebendaan/duniawi,jika harta kita gunakan semakin lama akan berkurang bahkan habis. Akan tetapi ilmu , jika kita amalkan dan kita bagi-bagi,tidak akan ada habisnya.
Ilmu ibarat air laut, semakin kita minum akan semakin terasa haus.
Ilmu ibarat lautan yang luas dan dalam. Semakin kita selami semakin kita menemukan yang tak pernah kita temui. Dan semakin ingin kita menyelam sampai ke dasarnya.
Ya, Itulah ilmu.
BACA JUGA: Lenyapnya Ilmu dari Muka Bumi Saat Kiamat
Dengan ilmu kita tau darimana kita berasal, untuk apa kita diciptakan dan kemana kita akan kembali kelak.
Dengan ilmu,kita paham perkara halal-haram, wajib-sunah, mubah dan makruh.
Dengan ilmu kita mengerti bagaimana selayaknya berbakti kepada suami ,berbakti kepada orang tua, bermuamalah dengan sesama. Dengan ilmu pula kita membimbing anak-anak kita.
Ya, semua ada ilmunya.
Dan tentunya, ilmu yang disyariatkan oleh Al-qur’an dan sunnah nabi.
Jika kita mau membuka mata, sangat banyak majelis ilmu disekeliling kita.
Namun semua kembali kepada hati kita, adakah hati kita tersentuh untuk mendatanginya atau malah mengabaikannya.
Terkadang, urusan pekerjaan dan duniawi lainnya menjadi penghalang langkah untuk menuju majelis ilmu.
Jika ilmu tak penting bagi umat manusia, tentu Allah ta’ala tidak mewajibkan kita untuk mencarinya.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW,
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
”Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim”. (HR. Ibnu Majah.)
Rasulullah SAW juga bersabda:
“Tidaklah suatu kaum berkumpul di satu rumah Allah, mereka membacakan kitabullah dan memelajarinya, kecuali turun kepada mereka ketenangan, dan rahmat menyelimuti mereka, para malaikat mengelilingi mereka dan Allah memuji mereka di hadapan makhluk yang ada didekatnya. Barangsiapa yang kurang amalannya, maka nasabnya tidak mengangkatnya.”ُ (HR. Muslim, no. 2699)
Dari Mu’awiyah, Nabi SAW bersabda: “Barangsiapa yang Allah kehendaki mendapatkan seluruh kebaikan, maka Allah akan memahamkan dia tentang agama.” (HR. Bukhari no. 71 dan Muslim No. 1037).
Allah Ta’ala berfirman:
…يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ..
“…Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat…” (QS. Al-Mujadilah [58]: 11).
Melihat dalil-dalil di atas, masihkah kita enggan untuk melangkah ke taman-taman surga/ majelis ilmu?
BACA JUGA: Dampak Buruk Tinggalkan Majelis Ilmu
Namun, inti dari semuanya, adalah bagaimana kita memaknai ilmu itu sendiri.
Sudahkah kita menjadi pribadi yang lebih baik?
Sudahkah kita menjadi pribadi yang tawaddhu?
Sudahkah kita mengamalkan ilmu yang kita miliki?
Jika jawabannya BELUM, sungguh ilmu itu hanyalah suatu kesia-siaan bagi kita… Na’udzubillah mindzalik.
Semoga allah limpahkan hidayahnya untuk kita serta meringankan langkah kita untuk bertholabul ilmi dan dapat mengamalkan ilmu yang kita miliki. Aamiin ya rabbal’alaamiin. []
OPINI adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari OPINI di luar tanggung jawab redaksi Islampos.