NABI memiiki hati paling suci. Bahkan Nabi tidak tinggal diam melihat dosa dan kesalahan. Hal ini diawali dari keluarganya sendiri. Tak ada keringanan bagi keluarganya jika melakukan kesalahan dan juga tidak ada keistimewaan. Bahkan dalam keluarga Nabi, bila ada istrinya yang mengeluarkan perkataan buruk, Nabi menegurnya.
Terjadi pada satu masa dimana para istri Nabi menemani Nabi yang sedang terbaring sakit, lalu Shafiyah mengucapkan perkataan yang kurang baik, “Coba kalau kau bersamaku.”
BACA JUGA: Wudhu dengan Air Banjir, Bolehkah?
Istri Nabi saling pandang karena merasa tersinggung oleh ucapannya. Meski dalam keadaaan sakit Nabi tetap menegurnya secara tegas dengan menyampaikan pada mereka, “Berkumur-kumurlah kalian semua.” Itu titahnya, menyuruh mereka mencuci mulut setelah mengucapkan kata-kata kotor.
Dan sampailah pada Hari Raya Idul Adha, Fadhl ibn Al-Abbas yang masih remaja dibonceng oleh Nabi. Lalu datang seorang wanita cantik yang menanyakan suatu urusan agama. Nabi melihat Fadhl yang memandang wanita itu tanpa henti. Lalu Nabi menarik dagu Fadhl dan memalingkan wajahnya dari pandangan yang dilarangnya itu.
“Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa darimu, hai ahlul bait dan membersihkanmu sebersih-bersihnya,” (Qs. Al-Ahzab)
BACA JUGA: Melaksanakan Beberapa Shalat dengan 1 Kali Wudhu, Apa Hukumnya?
Kebaikan itu tidak hanya terlihat dari diri Nabi. Tapi juga berikut istri Nabi, ialah Aisyah. Istri Nabi yang paling tajam akalnya, paling cemerlang, dan yang paling semangat terhadap ilmu. Aisyah telah mampu melukiskan secara umum kehidupan Nabi. Ia mempunyai kedudukan agung dan terhormat di kalangan pemuka sahabat, lebih-lebih mereka pada umumnya. []
Sumber: Bilik-Bilik Cinta Muhammad/Penulis: Nizar Abazhah/Penerbit: Zaman/Terbit: Februari 2009.