JIKA Anda masuk ke dalam rumah, lalu mendapatkan rumah dalam keadaan berantakan, mainan anak bertebaran di semua tempat, barang-barang tergeletak tidak pada tempatnya, rumah tampak seperti kapal pecah, maka apa persepsi Anda atas peristiwa ini?
Persepsi negatif: “Betapa malas istriku. Ia tidak mau membersihkan rumah. Lalu apa saja yang dikerjakan di rumah? Sungguh menyedihkan, seorang perempuan yang tidak memiliki selera kebersihan dan keindahan sama sekali. Betapa cuek dan teganya melihat kondisi rumah berantakan, seakan tidak punya perasaan. Benar-benar istri yang tidak tahu diri. Sedih dan malu rasanya punya istri seperti ini.”
Persepsi positif: “Astaghfirullahal azhim. Kasihan istriku. Ia pasti lelah sekali mengurus dua anakku. Ia sudah menemani anak-anak seharian dengan segala tingkah polahnya yang tidak kenal lelah. Aku juga belum mampu untuk menyediakan pembantu, wajar kalau ia tidak sempat membersihkan rumah, sementara aku juga tidak bisa optimal membantu.”
BACA JUGA: Islam, Toleransi Aktif dan Positif
Berpikir negatif akan membawa efek buruk pada psikologis (batin) kita, juga mengganggu keharmonisan hubungan antar sesama manusia.
Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman jauhilah banyak berprasangka karena sebagian prasangka adalah dosa.” (QS al-Hujurat: 12)
Semua kejadian dan peristiwa dalam kehidupan berumah tangga, bisa dilihat dari segi positif dan negatif.
Jika Anda selalu mencari-cari kekurangan dan kelemahan pasangan, maka Anda akan selalu mendapatkannya. Semua kejadian dan peristiwa selalu Anda lihat dari segi kekurangan pasangan saja, yang menyebabkan pasangan selalu berada dalam posisi yang salah dan lemah.
Namun apabila Anda selalu mencari kebaikan dan sisi positif, maka Anda juga akan mendapatkannya.
Jika Anda menikah dengan orang yang memiliki kepribadian negatif, Anda pun bisa ikut memiliki sikap serupa. Oleh karena itu, sebaiknya sebelum terlambat, Anda bantu pasangan agar bisa menjadi orang yang lebih positif. []
SUMBER: CAHYADI TAKARIAWAN