SURIAH—Pasca serangan bom sarin yang menewaskan ratusan warga tak bersalah, Suriah kembali ‘panas.’ Pasukan rezim Assad mengklaim serangan udara yang mereka lakukan telah menghantam apa yang mereka sebut ‘gudang teroris’ yang menimbun senjata kimia.
Namun klaim ini dibantah mantan Kepala Militer Inggris khusus bidang senjata kimia Hamish de Bretton Gordon. Ia mengatakan kepada Radio BBC bahwa klaim ini ‘sepenuhnya tidak benar dan aneh.’ Gordon mengatakan “Jika Anda (rezim Assad) meledakkan bom sarin, maka sebenarnya justru Anda yang menghancurkan itu.”
Mengutip laporan LADbible, bom sarin bukan lagi cerita baru di Suriah. Pada 2013 lalu, pasukan rezim juga menggunakan bom ‘pelemah saraf’ ini untuk menghancurkan wilayah timur Damaskus.
Bom sarin adalah salah satu senjata kimia mematikan karena potensi ‘ekstrimnya’ yang dapat melumpuhkan sistem saraf. Bom ini telah lama dianggap sebagai senjata pemusnah massal yang dilarang penggunaannya secara internasional.
Produksi dan penimbunan sarin telah dilarang pada April 1997 oleh Konvensi Senjata Kimia tahun 1993. Sarin diklasifikasikan sebagai zat pembunuh ‘tingkat 1.’ Pada Juni 1994, Komisi Khusus PBB resmi melarang sarin di bawah resolusi Dewan Keamanan 687 (1991).
Sarin dapat mematikan bahkan pada konsentrasi yang paling rendah sekalipun. Kematian dapat terjadi dalam 1-10 menit setelah inhalasi langsung dari dosis yang mematikan akibat mati lemas dari kelumpuhan otot paru-paru
Gas Sarin yang melumpuhkan saraf ini adalah 20 kali lebih mematikan daripada sianida, yang mampu menyerang sistem pernapasan. Sarin juga sulit dideteksi karena tidak berbau, berasa dan tidak berwarna. []