DALAM sebuah hadits yang sangat indah diceritakan bahwa Ammar bin Yasir memimpin sholat berjamaah dan dia mempersingkatnya. Setelah dia selesai, melakukan zikir setelah shalat, dan berjalan keluar masjid.
Beberapa orang mengikutinya dan berkata, “Kamu memimpin kami untuk sholat yang terlalu pendek. Kenapa kamu tidak melakukannya lebih lama?”
BACA JUGA: Cinta dalam Islam
Sampai disini, mari renungkan, kapan terakhir kali Anda mendengar keluhan di masjid tentang Sholat yang terlalu “pendek”?
Maka, sungguh, masa-masa itu adalah masa lalu yang indah! Mereka mengeluh tentang pendeknya Shalat.
Apa jawaban `Ammar ibn Yasir?
Dia mengatakan bahwa bahkan jika ia melakukan shalat yang singkat, ia berdo’a dengan khusyu di dalamnya, bahwa ia mendengar dari Nabi SAW. Bahkan itu adalah doa singkat, dia membuat do’a yang sangat istimewa ini dan dia sangat senang pada do’a itu .
Seseorang bertanya, “Apa doa tersebut’, wahai, Ammar bin Yasir?”
Ammar menceritakan sebuah doa yang sangat indah yang dia dengar dari Nabi SAW. Hanya ada satu kalimat yang relevan bagi untuk ini, namun, mari kita simak seluruh kisahnya karena keindahannya:
“Ya Allah, aku bertanya kepadamu melalui pengetahuanmu tentang yang tak terlihat dan kekuatanmu atas ciptaan, untuk memberiku hidup selama kau tahu hidupku baik untukku dan memberiku kematian ketika kau tahu kematian akan lebih baik untukku,” demikian bunyi doa tersebut.
Beginilah cara berdoa itu dimulai. seorang Muslim tidak menginginkan kehidupan hanya demi kehidupan; seorang Muslim ingin hidup demi akhirat dan kehidupan tidak sekali-kali membantu mencapai tujuan itu untuk menyelesaikan hidupnya dan pindah ke akhirat.
Doanya terucap:
“Ya Allah, aku memohon rasa takut kepada-Mu secara terbuka ataupun rahasia (di mana pun aku berada, aku ingin takut padamu). Ya Allah berkati aku dengan kebenaran dalam keadaan senang ataupun marah.”
Perhatikan di sini dua pernyataan: Anda ingin takut kepada Allah ketika orang-orang melihat Anda dan ketika Anda sendirian; Anda ingin berbicara kebenaran ketika Anda bahagia dan ketika Anda marah.
“Ya Allah, aku minta kebahagiaan yang tidak pernah selesai dan kesejukan mata yang tidak pernah berhenti.”
BACA JUGA: Inilah Cinta seperti Para Sahabat
Dan, ini:
“Ya Allah, aku memohon kepadamu untuk manisnya dari memandang wajah-Mu, dan keinginan untuk bersamamu.”
Dia menyebutnya manis untuk melihat Wajah Allah. Nabi SAW mengajar para shahabat dan mengajar ‘Ammar bin Yasir untuk bercita-cita terhadap manisnya melihat Wajah-Nya dan untuk mengalami keinginan untuk bertemu dengan-Nya.
Mengapa? Karena setiap keinginan cinta terwujud dalam keinginan untuk bertemu dan melihat yang dicintai. Cinta Allah adalah cinta terbesar; jadi pertemuan Allah adalah pertemuan terbesar dan memandang Allah adalah berkah terbesar. Itulah kenikmatan terbesar bagi orang-orang yang mencintai Allah, di surga-Nya kelak. []
SUMBER: ABOUT ISLAM