“ORANG pintar kalah dengan orang cerdas,” begitu sebagian orang mengatakan.
Jadi apa bedanya cerdas dengan pintar?
Ah, biarlah para ahli menjawabnya.
Saat ini saya ingin sedikit berbincang soal ramainya upaya sebagian orang untuk meningkatkan kecerdasan. Berbagai cara dilakukan dan rela mengeluarkan biaya yang menurut ukuran kita sangat besar jumlahnya.
Ada yang melalui kursus, pelatihan, atau mengonsumsi makanan dan minuman tertentu. Ada juga yang melalui musik klasik semisal Beethoven dan Mozart. Yang terakhir ini menarik.
Benarkah Beethoven dan Mozart dapat meningkatkan kecerdasan?
Menurut romor yang beredar di negeri kita sih begitu. Mozart misalnya, konon katanya jika musik ini diperdengarkan pada bayi yang masih dalam kandungan, bayi yang baru lahir atau usia anak, kecerdasan mereka akan meningkat dan mengalahkan anak-anak seusianya.
Benarkah?
Ada yang menarik dari Ustadz Mohammad Fauzil Adhim, beliau bercerita, “Yang pertama kali saya tanyakan begitu tiba di Vienna adalah tentang Mozart, composer masyhur yang di Indonesia menjadi legenda bagi para orangtua.
“Konon mendengarkan musik Mozart menjadikan anak jenius. Lalu apakah hal yang sama juga berlaku di negerinya?
“Sekadar menghidupkan ingatan, Mozart atau lengkapnya Johanes Chrysostomus Wolfgangus Theophilus Mozart lahir di Salzburg, Austria dan kemudian sempat tinggal di Vienna. Maka jika benar music Mozart mencerdaskan, mestinya di tanah kelahirannya menjadi bagian pendidikan serta pengasuhan yang betul-betul diterapkan. Tapi rupanya, sebagian rumor yang lain, tak ada gerakan maupun anjuran untuk mendengarkan music Mozart kepada bayi dalam kandungan maupun bayi yang baru lahir.”
Nah, lho!
Pun demikian dengan hasil meta-analisis J. Pietching dkk dalam Early Chilhood Education Jurnal 2010, yang berjudul Mozart Sound Beginnings, menyimpulkan bahwa eksistensi Efek Mozart memiliki bukti yang sangat lemah dan dipertanyakan.
Jadi bagaimana yang benar?
Betapa agungnya Imam Syafi’i, beliau menyampaikan bahwa yang dimaksud kecerdasan adalah kesucian.
Beliau tidak mengatakan kecerdasan kaitannya dengan Intelent Quetion (IQ), kepandaian matematika, ilmu alam, sosial, bahasa, kuat menghafal dan sebagainya. Tidak. Melainkan kesucian, kebersihan hati, tidak bermaksiat, dan takwa kepada Allah SWT.
Itulah kecerdasan menurut Imam Syafi’i, lebih lanjut beliau mengatakan, “Di antara seagung-agung jalan untuk memperoleh ilmu adalah bertakwa kepada Allah.”
Lantas beliau membaca ayat, “Dan bertakwalah kepada Allah. Allah mengajarmu. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS al-Baqarah [2]: 282)
Jadi yang utama dalam meningkatkan kecerdasan itu adalah takwa pada Allah SWT, yang dengan ketakwaan itu kelak Allah SWT membukakan pintu ilmu, pertolongan, kemudahan, pengertian dan pemahaman.
Bila pun harus mendengarkan sesuatu, cukuplah tilawah Alquran menghiasi keseharian kita. Wallahu’alam. []