PARA sahabat dulu sangat giat dalam mencari ilmu. Jika kita kembali melihat sejarah, maka kita akan menemukan betapa hebatnya perjuangan mereka untuk mendapatkan satu hadits. Sama halnya dengan sahabat yang satu ini, Abdullah bin Abbas.
Abdullah bin Abbas radhiallahu ‘anhuma bercerita tentang perjalannya mempelajari agama. Mengambil bagian dari warisan Rasulullah ﷺ. Ia berkisah, “Ketika Rasulullah ﷺ wafat, aku berkata kepada seorang laki-laki Anshar, ‘Wahai Fulan, marilah kita bertanya kepada sahabat-sahabat Nabi ﷺ, mumpung mereka masih banyak (yang hidup) saat ini’. ‘Mengherankan sekali kau ini, wahai Ibnu Abbas! Apa kau anggap orang-orang butuh kepadamu sementara di dunia ini ada tokoh-tokoh para sahabat Rasulullah ﷺ sebagaimana yang kaulihat?’
Ibnu Abbas melanjutkan, ‘Aku pun meninggalkannya. Aku mulai bertanya dan menemui para sahabat Rasulullah ﷺ. Suatu ketika, aku mendatangi seorang sahabat untuk bertanya tentang suatu hadits yang kudengar bahwa dia mendengarnya dari Rasulullah ﷺ. Ternyata dia sedang tidur siang. Lalu aku rebahan berbantalkan selendangku di depan pintunya, dan angin menerbangkan debu ke wajahku. Begitu keadaanku sampai ia keluar.
Ketika ia keluar, ia terkejut dengan kehadiranku. Ia berkata, ‘Wahai putra paman Rasulullah, kenapa engkau ini?’ tanyanya. ‘Aku ingin mendapatkan hadits yang kudengar engkau menyampaikan hadits itu dari Rasulullah ﷺ. Aku ingin mendengar hadits itu darimu,’ jawabku.
‘Mengapa tidak kau utus saja seseorang kepadaku agar nantinya aku yang mendatangimu?’ katanya. ‘Aku lebih berhak untuk datang kepadamu,’ jawabku.
Setelah itu, ketika para sahabat telah banyak yang meninggal, orang tadi (dari kalangan Anshar tadi) melihatku dalam keadaan orang-orang membutuhkanku. Dia pun berkata padaku, ‘Engkau memang lebih cerdas daripad aku’.” (Jami’ Bayanil ‘Ilmi wa Fadhlihi, 1/310).
Abdullah bin Abbas radhiallahu ‘anhuma menjelaskan kisah ini, kisah kesungguhannya belajar agama. “Aku pernah datang ke rumah Ubay bin K’ab. Saat itu ia sedang tidur. Kutunggu ia sambil tidur siang di depan pintu rumahnya. Kalau Ubay tahu, pasti dia membangunkanku, karena dekatnya kedudukanku (sepupu) dengan Rasulullah ﷺ. Tapi aku tidak suka mengandalkan hal itu”.
Dalam riwayat lain, beliau radhiallahu ‘anhuma menyatakan, “Aku mendekati tokoh-tokoh sahabat Rasulullah ﷺ dari kalangan Muhajirin dan Anshar. Aku bertanya kepada mereka tentang peperangan Rasulullah ﷺ dan tentang ayat-ayat Alquran. Setiap sahabat yang kudatangi pasti senang dengan kedatanganku karena kedekatan nasabku dengan Rasulullah ﷺ. Aku bertanya kepada Ubay bin Ka’ab radhiallahu ‘anhu. Ia adalah seorang yang dalam ilmunya. Aku bertanya tentang ayat-ayat Alquran yang turun di Madinah. Ia menjawab, ‘Di Madinah diturunkan 27 surat, dan selainnya di Mekah’.” (Ibnu Saad dalam ath-Thabaqat al-Kubra, 2/371).[]