SAYA adalah penebar riba, saya bujuk orang-orang yang punya usaha untuk berhutang dengan bunga sekian persen di bank BUMN tempat saya bekerja. Saya tipu mereka dengan berkata bahwa bunga pertahun hanya sekian persen tetapi saya arahkan mereka untuk mengambil utang lebih dari setahun, sehingga pendapatan bunga menjadi lebih besar.
Target saya terlampaui, saya menjadi prajurit terbaik. Dan saya menjadi ujung tombak perusahaan yang lihai dalam memasarkan kredit.
Ya, saya adalah salah satu dari sekian banyak prajurit di bank BUMN dengan aset terbesar. Sayalah salah satu dari sekian banyak pasukan penebar riba yang setiap mendekati akhir bulan selalu berwajah tegang dan menakutkan, pulang hampir tengah malam untuk menagih bunga untuk perusahaan yang dipinjam para nasabah.
Saya congkak dan sombong, menagih mereka dengan cara kasar.
“Wahai para nasabah bayarlah bunga kalian! Bila tidak, bangunan kalian saya lelang! Jika kalian tidak terima, panggilah LSM, gugatlah perusahaan saya maka perusahaan saya akan mengirimkan perwakilannya untuk datang ke pengadilan untuk menghadapi gugatan kalian!” ujar saya setiap kali menagih mereka yang tak mau bayar. Ya saya congkak dan sombong!
Bagaimana saya tidak sombong? Bekerja di bank BUMN adalah cita-cita saya. Lihatlah! Baju saya rapi dengan merk terkenal, Saya berdasi, saya naik mobil, Siapa yang tidak suka dengan kondisi mewah seperti ini? Itulah saya.
Sebelum Ditampar oleh Allah
Tujuh tahun saya bekerja di bank BUMN. Sampai pada saatnya Allah menampar saya.
Tamparan pertama adalah ketika kekayaan saya dihilangkan oleh Allah, dengan cara saya harus menanggung utang salah satu pihak keluarga saya yang terancam dipenjara bila tidak terselesaikan saat itu juga,
Lihatlah! Tidak lebih dari empat jam semua kendaraan saya, perhiasan istri saya, raib saya jual untuk menyelesaikan utang piutang tersebut.
Jadilah saya saat itu seorang bankers yang hanya punya motor inventaris kantor. Belum genap satu bulan berlalu, tamparan ke dua terjadi!
Anak saya harus menginap di rumah sakit lebih dari dua minggu, dua minggu berlalu setelah anak saya keluar dr rumah sakit, ternyata Allah belum mengizinkan anak saya sehat, Anak saya harus di rawat inap lagi di rumah sakit.
Apakah selesai sampai di situ? Tidak!
Tamparan ke tiga datang tanpa diduga penyakit didatangkan oleh Allah kepada istri saya yang harus menjalani perawatan di rumah sakit selama seminggu.
Apa ini ya Allah?
Tiba-tiba seperti semua masalah menimpa saya. Bukan hanya saya tetapi kepada istri dan anak pula.
saya berpikir apa yang salah? Apa yang telah saya lakukan?
Saya shalat lima waktu, saya puasa senin kamis, saya tahajud, saya duha, saya sedekah. Apa yang salah ya Allah?
Di setiap shalat saya selalu meneteskan air mata menanyakan kepada Allah apa yang menimpa saya dan keluarga?
Sampai pada suatu waktu saya mulai menyadari, saya mulai belajar dan belajar, bahwa apa yang saya lakukan untuk menafkahi keluarga selama ini dilarang oleh Allah SWT. Pekerjaan saya adalah pekerjaan yang dilaknat Allah, dan itu ada di dalam Al-Quran. Kemana saja saya selama ini?
Saya takut dengan azab dunia akhirat yang akan saya terima. Saya tidak tahu kapan saya meninggal.
Saya Harus Resign!
Saya harus keluar dari pekerjaan ini. Namun bagaimana jika saya keluar? Keluarga saya makan apa?
utang KPR dan softloan saya bayar pake apa? Pikiran-pikiran tersebut sangat menghantui saya.
Dalam sebuah kajian saya mendengar ustad mengatakan sabda Nabi SAW yang disebutkan oleh salah seorang sahabat, yang artinya : “Sesungguhnya jika engkau meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah akan memberi ganti padamu dengan yang lebih baik,” (HR. Ahmad 5: 363).
Dari situ tekad saya semakin membara untuk segera keluar dari bank tenpat saya bekerja, saya yakin Allah menjamin rezeki saya, istri dan anak saya.
Bagaimana dengan utang-utang saya?saya harus menjual satu-satunya aset saya yang tersisa yaitu rumah yang saya tinggali.
Selanjutnya yang terpikirkan oleh saya adalah segera memasang iklan di salah satu jasa iklan online, dengan harapan segera laku terjual dan hutang lunas.
Satu bulan berlalu setelah saya memasang iklan “rumah dijual” tanpa ada yang menawar, tanpa ada yang melihat. Otak dan hati semakin galau, keinginan resign sangat kuat. Namun terkendala oleh utang-utang yang harus dilunasi.
Saya tetap bekerja dengan seperempat hati. Bulan maret 2016 saya di berangkatkan ke bali karena mendapat penghargaan menurunkan NPL di thn 2015.
Setiba kembali di kantor, jatah kenaikan grade dan gaji mulai disodorkan kepada saya. Alhamdulillah saya tolak dengan halus, karena pasti akan lebih banyak dosa yang saya tumpuk.
Waktu berjalan dengan cepat. Ketika saya berkunjung ke tempat kawan lama saya, dia menyampaikan bahwa saya harus beribadah dan berdoa lebih keras dibandingkan dengan kerasnya saya beribadah saat mengharapkan diterima di bank tempat saya bekerja.
Semenjak itu setiap hari saya bangun antara pukul 02.30 sampai dengan pukul 03.00 pagi. Saya langsung mandi, kemudian saya lakukan sholat taubat, sholat hajat, sholat tahajud,sholat witir dan saya tutup dengan berdzikir panjang sampai dengan masuk shubuh. Sebelum shubuh saya sudah berjalan ke masjid untuk adzan dan berjamaah, sepulang dari masjid saya baca Al-quran dan artinya minimal 10 ayat. Begitu pula dengan sholat wajib yang lainnya, tidak ada kata tidak berjamaah di masjid.
Sunnah saya tegakkan, bahkan saya pernah berdebat sengit dengan pimpinan saya karena jenggot yang saya pelihara dan meninggalkan rapat saat adzan berkumandang.
Kurang lebih 3 bulan saya melakukan semua itu tanpa putus. Saya berdoa memohon agar Allah memberikan saya kemudahan, memberikan saya jalan keluar dari apa yang sedang saya hadapi..
Bulan Agustus 2016 doa saya dijawab oleh Allah, dikirimkanlah orang yang sangat luar biasa dari Jakarta. Beliau melihat iklan dan menghubungi saya.. tanpa meninjau langsung lokasi hanya berdasarkan foto di iklan saja, dia menyatakan berminat dan mau membeli rumah saya
Alhamdulillah proses pelunasan KPR dan semua hutang saya lakukan dari hasil rumah tersebut.
hutang saya semua LUNAS!
Keesokan harinya 24 agustus 2016, surat resign saya ajukan.
Alhamdulillah satu Oktober 2016, Merupakan prestasi terbaik saya di bank tersebut, yaitu resign.
Saat ini saya tinggal di rumah tanpa riba, terbebas dari segala jenis hutang. Dan hidup sebagai seorang pedagang brownies.
Ya, pekerjaan saya saat ini adalah pedagang brownies, saya buat sendiri bersama istri dan saya pasarkan sendiri.
lebih tenang, lebih halal, semata-mata hanya mengharapkan berkah dan ridho Allah SWT. []
Sumber: Diambil dari Tulisan Prasetyo Budi Widodo