TERJADI di kota Madain. Segerombolan orang menunggu datangnya wali negeri mereka yang baru. Mereka sudah menantikan bertatap muka dengan sahabat Nabi yang mulia. Bahkan mereka pun sudah mendengar tentang seteru kemunafikannya, atau tak lain ialah kawan keterbukaan.
Setelah cukup lama menunggu maka datanglah pria dengan wajah yang becahaya, menaiki seekor keledai yang beralaskan kain yang usang. Ialah Hudzaifah Ibnul Yaman. Mereka semua menatapnya bukan karena keheranan namun menunggu amanat yang akan disampaikan olehnya.
BACA JUGA: Fitnah Popularitas
Lalu ia berkata, “Jauhilah oleh kalian tempat-tempat fitnah. . . “
Ujar mereka, “Dimanakah tempat-tempat fitnah itu wahai Abu Abdillah?“
“Pintu rumah-rumah pembesar, jika seorang diantara kalian masuk menemui mereka dan meng-iakan ucapan palsu serta memuji perbuatan baik yang tak pernah mereka lakukan. . . “
Suatu keistimewaaan tabi’atnya ialah mampu melihat jejak dan gejala kemunafikan walau tersembunyi di tempat-tempat jauh sekali pun. Karena ia merupakan didikan tangan Rasulullah SAW dengan kalbu yang terbuka bagai cahaya subuh. Maka bakatnya ini berkembang di dalam pangkuan Islam.
Saat Hudzaifah berbicara tentang hati, dan mengenai kehidupannya ia berkata,
BACA JUGA: Hati-hati dalam Menerima Berita, Bisa Jadi Itu Fitnah
“Hati itu ada empat macam:
Hati yang tertutup, itulah hati orang nonMuslim. . .
Hati yang dua muka, itulah dia hati orang munafik . . .
Hati yang suci dan bersih, di sana ada pelita yang menyala, itulah dia hati orang beriman.” []
Sumber: Karakteristik Perihidup Enam Puluh Sahabat Rasulullah/Pengarang: Khalid Muhammad Khalid/Penerbit: Diponegoro. Edisi/ Cet ke, : Cet 20. Tahun Terbit: 2006