Oleh: Mia Fitriah Elkarimah
el.karimah@gmail.com
BENCANA yang paling lazim kita jumpai adalah banjir. Jika sudah turun musim hujan, maka bakal dipastikan banjir menjadi langganan warga Indonesia, terutama warga DKI Jakarta. Tak terkecuali di musim hujan pada tahun 2020 ini.
Hujan deras mengguyur wilayah Jabodetabek selama beberapa hari pada Januari-Februari 2020 telah menyebabkan banjir di Jakarta dan sekitarnya.
Sejumlah wilayah di Bekasi tergenang banjir pada musim hujan kali ini. Dan tidak sedikit titik-titik langganan banjir yang kemudian terendam, termasuk di Jatimulya.
BACA JUGA:Â Belajar dari Bencana Banjir Kaum Saba
Di Jatimulya tak cuma perumahan warga, beberapa sekolah dilaporkan juga kebanjiran. Dan akses listrik terpaksa juga dimatikan demi menghindari insiden yang tidak diinginkan.
Sudah kedua kalinya dalam tahun yang sama, hanya berselang 1 bulan Jatimulya tergenang, dan aliran listrik pun dimatikan selama tiga hari yakni pada Rabu (1/1/2020) dan berlanjut di bulan selanjutnya pada Selasa (25/2/2020).
Ada hikmah dengan kejadian ini, semangat kolektif yang terus membara, doa yang terus berhamburan, saling memberi empati dan bantuan, sehingga beban dari musibah ini seakan-akan berkurang.
Alquran menceritakan banjir terbesar sepanjang sejarah umat manusia yang terjadi pada zaman nabi Nuh.
” Sesungguhnya ketika air naik (sampai ke gunung), kami membawa (nenek moyang)kamu ke dalam kapal. (QS. Al-haqqah/69: 11)
Tampak bahwa banjir pada zaman Nabi Nuh meliputi daerah yang membentang dari Armenia hingga Iran-Irak. Luasnya daerah yang terkena banjir dengan kedalaman yang menenggelamkan puncak puncak bukit, maka akan sulit diterangkan dengan fenomena alam biasa.
Banjir lainnya yang diceritakan di dalam Alquran adalah banjir bandang yang menimpa kaum Saba. Banjir terjadi karena bobolnya bendungan yang pada awalnya dipakai sebagai sumber air dan sarana irigasi pertanian kaum tersebut. Bangsa ini memiliki kesejahteraan yang cukup tinggi pada masa ratu Bilqis; Salah seorang ratu kaum Saba beriman kepada Allah melalui Nabi Sulaiman. Selepas masa ratu Bilqis, kaum Saba ingkar kepada Allah lahan-lahan pertanian kaum Saba pun yang tadinya subur hancur tersapu banjir.
BACA JUGA:Â Biarkan 8 Jet Tempur Kebanjiran sampai Rusak Parah, Ini Pengakuan AU Israel
Bencana alam yang terjadi pada dasarnya merupakan bagian dari siklus dinamika alam, tetapi terjadi pada intensitas, waktu dan tempat yang di luar dugaan manusia. Sehingga tak ada seorang pun yang bisa memprediksi dan mengantisipasinya dan akhirnya bencana pun datang secara tiba-tiba.
Hal ini menyadarkan bahwa kita adalah makhluk yang terbatas dan hanya memiliki ilmu pun terbatas, sehebat apapun dia, tidak akan mampu memahami seluruh apa yang terjadi di alam ini. Ada kekuatan yang jauh lebih besar yang mengatur datangnya berbagai musibah ini agar kita merenung dan instropeksi akan keagungan kekuatan-Nya yang dahsyat. []
OPINI adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari OPINI di luar tanggung jawab redaksi Islampos.