Asy-Syaikh as-Sayyid Sabiq rahimahullah dalam kitab beliau yang sangat terkenal, Fiqhus Sunnah, memasukkan shalat sunnah 2 raka’at qabliyah (sebelum) ‘Isya ke dalam pembahasan as-Sunan Ghair al-Muakkadah. Beliau mendasarkan hal ini pada hadits yang diriwayatkan oleh Jama’ah Ahli Hadits dari ‘Abdullah ibn Mughaffal radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
بين كل أذانين صلاة ، بين كل أذانين صلاة . ثم قال في الثالثة لمن شاء
Artinya: “‘Di antara dua adzan itu ada shalat, di antara dua adzan itu ada shalat.’ Kemudian beliau berkata dalam kali ketiga, ‘bagi siapa yang menghendaki’.”
BACA JUGA: Kapan Batas Akhir Waktu Shalat Isya?
Yang dimaksud dengan dua adzan adalah adzan dan iqamah.
Juga berdasarkan pada hadits yang diriwayatkan oleh Ibn Hibban dari Ibn Zubair radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ما من صلاة مفروضة إلا و بين يديها ركعتان
Artinya: “Semua shalat fardhu itu pasti diikuti oleh shalat sunnah dua raka’at sebelumnya.”
Demikian pendapat asy-Syaikh as-Sayyid Sabiq rahimahullah. Pendapat ini juga dikuatkan oleh asy-Syaikh Mahmud ‘Abdul Lathif ‘Uwaidhah hafizhahullah di kitab beliau al-Jami’ li Ahkam ash-Shalah. Beliau pun mengutip hadits yang sama (hadits riwayat Jama’ah) yang dikutip oleh asy-Syaikh as-Sayyid Sabiq rahimahullah. Perbedaannya adalah asy-Syaikh Mahmud ‘Abdul Lathif ‘Uwaidhah hafizhahullah tidak mengkhususkan pembahasan ini untuk shalat qabliyah ‘Isya saja, namun beliau meletakkan hal ini pada pembahasan ash-Shalah ‘Aqb al-Adzan. Dan karena sifatnya umum, tentu shalat sebelum ‘Isya juga termasuk.
Asy-Syaikh Wahbah az-Zuhaili hafizhahullah dalam kitab beliau al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu menyebutkan bahwa madzhab Hanafi menyatakan 4 raka’at sebelum shalat ‘Isya hukumnya mandub (dalam madzhab Hanafi, mandub maksudnya adalah ‘ibadah nafilah yang tidak muakkad). Madzhab Maliki menyatakan shalat dua raka’at di antara adzan dan iqamah termasuk nafilah, berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sudah saya sebutkan di awal (hadits riwayat Jama’ah). Madzhab Syafi’i memasukkan 2 raka’at qabliyah ‘Isya dalam shalat sunnah ghairu muakkadah. Hanya madzhab Hanbali yang tidak memasukkan qabliyah ‘Isya sebagai shalat sunnah.
BACA JUGA: Mengakhirkan Shalat Isya, Bagaimana?
Dari sini bisa kita simpulkan pendapat yang menyatakan bahwa tidak ada shalat sunnah qabliyah ‘Isya merupakan pendapat yang kurang tepat. Berdasarkan penjelasan asy-Syaikh Wahbah az-Zuhaili hafizhahullah yang saya sampaikan di atas, yang mengakui adanya shalat sunnah qabliyah ‘Isya adalah jumhur ‘ulama, walaupun mereka juga menjelaskan bahwa shalat ini ghairu muakkad (tidak terlalu ditekankan). Dalilnya pun jelas dan shahih, seperti dikemukakan dalam Fiqhus Sunnah dan al-Jami’ li Ahkam ash-Shalah.
Shalat ini tidak dimasukkan ke dalam shalat sunnah muakkadah karena tidak ada riwayat yang menyebutkan bahwa Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengerjakannya. Dan redaksi hadits yang diriwayatkan oleh Jama’ah Ahli Hadits yang saya kutip di atas pun menyebutkan kalimat ‘liman syaa-a’, ini menunjukkan shalat ini tidak ‘dianjurkan dengan kuat’ oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Wallahu a’lam.
Web: Abufurqan.net
Facebook: Muhammad Abduh Negara