Oleh: Isti Rahmawati
pegiat literasi
idefauzi@gmail.com
KAMI adalah orang-orang sakti. Yang sanggup menerjang gempuran virus pandemi ini. Kami sakti sebab di saat yang lain takut menyusuri jalan sepi. Kami sudah keluar sejak subuh mengais rezeki.
Kami harus tetap sakti demi menafkahi anak istri. Tak ada isolasi diri dalam rumah atau social distancing. Kami harus maju di garda terdepan tapi kami bukanlah tim medis. Kami adalah orang-orang pencari sesuap nasi yang berjuang setiap hari.
BACA JUGA: Antara Suami dan Orang Tua, Mana yang Ditaati?
Saat mereka membeli setroli bahan pokok untuk diisi di lemari. Kami hanya berharap besok warung sebelah tetap buka dan menerima kasbon tiap hari. Stok kesabaran dan syukur yang selalu kami stok tiap hari.
Bukan kami tak mau memutus rantai virus covid. Tapi kami tak sanggup memilih antara memutus virus ataukah memutus hidup kami.
Mereka permudah keringanan cicilan bagi mereka yang memiliki kredit. Lalu, kemudahan apa yang mereka beri pada kami orang sakti ini? Utang kami di warung sebelah. Belum lagi di tetangga kami. Mereka juga perlu uang jika harus meringankan beban kami.
Wahai orang-orang sakti. Semoga Allah menjauhkan kita dari malapetaka ini. Menguatkan imun kita dengan iman.
BACA JUGA: Suami, 9 Hal Ini Cara Bilang Cinta pada Istri
Sekali lagi, bukan kami tak sayang sesama. Tapi kami tak bisa memilih.
Virus ini kesedihan bagi seluruh isi bumi. Dunia yang sakit ini sangat sulit diobati. Kesedihan bagi seluruh manusia di tiap sudut bumi. Maka kepada siapa diri ini harus mengadu nasib?
Jawabnya ada di hati kami. Allah. Siapa lagi kalau bukan ilahi. Tak ada yang lain. []
RENUNGAN adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim tulisan Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari RENUNGAN di luar tanggung jawab redaksi Islampos.