Oleh: Adi Permana Sidik
Dosen Ilmu Komunikasi USB YPKP dan Awardee LPDP
aps.210314@gmail.com
ADA sekitar dua ratusan negara saat ini sedang sibuk menghadapi wabah virus Corona atau Covid-19. Salah satunya, negara Indonesia. Menurut laman resmi yang dimiliki pemerintah covid19.go.id, tepatnya ada 204 negeri/kawasan yang terdampak oleh wabah virus Corona ini. Di Indonesia sendiri, masih dari sumber yang sama, ada sekitar 3842 kasus pasien yang dinyatakan positif, 286 sembuh, dan 327 yang meninggal (Update Data Sabtu, 11 April 2020).
Setiap Pemerintah kemudian mengeluarkan berbagai kebijakan agar virus Corona dapat dicegah dengan lebih cepat sehingga tidak mengakibatkan lebih banyak lagi kematian kepada warganya. Mulai dari Pembatasan Sosial (Social Distancing), Pembatasan Fisik (Physical Distancing) Tinggal di Rumah Saja (Stay at Home), sampai dengan Karantina Kewilayahan (Lockdown).
Menyikapi Lockdown
Masyarakat, khususnya di media sosial, beberapa hari belakangan ini terus menyuarakan kepada Presiden Indonesia agar segera mengeluarkan kebijakan lockdown. Dengan kebijakan lockdown ini, masyarakat berharap, penyebaran wabah Corona ini bisa terhenti, atau paling tidak dapat menurun secara drastis.
Karena dengan lockdown ini, masyarakat benar-benar diperintahkan untuk berada dan berdiam di rumah, tidak boleh keluar, kecuali jika ada keperluan yang mendesak. Agar efektif, lockdown ini biasanya juga akan diawasi langsung oleh polisi dan atau militer, seperti dilakukan di negara lain yang sudah lebih dahulu menerapkannya.
Berdiam diri di rumah, dan tidak boleh beraktivitas di luar, bagi orang-orang yang sudah terbiasa, mungkin tidaklah menjadi persoalan yang rumit dan sulit, seperti ibu rumah tangga, pensiunan, atau orang-orang yang profesi utamanya bisa dilakukan di rumah.
Namun, bagi yang tidak terbiasa beraktivitas di luar rumah dalam kehidupan sehari-harinya, tentu saja bukanlah sesuatu yang mudah menghadapi kebijakan lockdown ini. Terutama bagi pelajar, mahasiswa, aktivis, atau umumnya para pemuda, yang terbiasa shalat berjamaah di masjid, mengikuti ta’lim, kajian, diskusi, serta kegiatan-kegiatan lainnya yang melibatnya banyak orang.
Apalagi mereka yang mencari nafkah hariannya mengharuskan ke luar rumah, pasti jauh lebih berat lagi untuk dilaksanakan, seperti para pedagang kaki lima, driver ojek online, dan pekerja non-formal lainnya tertentu lebih berat lagi untuk dilalui. Akan tetapi, jika lockdown ini benar-benar diterapkan, bagaimana seorang Muslim harus bersikap?
Seorang Muslim barus memiliki pemahaman bahwa semua yang terjadi di dunia ini adalah atas kehendak dari Allah. Termasuk terjadinya wabah Corona ini serta kebijakan lockdown, semuanya pasti atas kehendak dan ketetapan dari Allah. Dan dari setiap peristiwa yang terjadi di dunia ini seorang Muslim diminta untuk selau mengambil hikmahnya.
Menurut Ustadz Bachtiar Nashir, hikmah sederhananya adalah baik. Dan semua yang baik itu adalah datang dari Allah. Maksudnya, hikmah itu adalah sesuatu yang membuat seseorang dapat lebih dekat lagi, lebih taat lagi dengan Allah. Oleh sebab itu, Rasulullah SAW pernah bersabda, “Hikmah itu adalah barang yang hilang milik orang yang beriman. Di mana saja ia menemukannya, maka ambillah.” (HR. Tirmidzi).
Jika kebijakan lockdown ini benar-benar diterapka dalam waktu dekat ini, qadarullah, umat Islam di seluruh dunia, termasuk di Indonesia saat ini secara bersamaan sedang memasuki bulan Sya’ban. Tentu ini bukanlah kebetulan semata. Sya’ban merupakan bulan ke-8 dalam tahun hijriah Islam. Dalam Islam, bulan Sya’ban memiliki banyak keutamaan. Beberapa riwayat hadits berikut bisa dijadikann sebagai argumentasi. Aisyah radiallahuanha pernah mengatakan:
“Belum pernah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa satu bulan yang lebih banyak dari pada puasa bulan Sya’ban. Terkadang hampir beliau berpuasa Sya’ban sebulan penuh.” (HR. Al Bukhari dan Muslim).
Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
“Ini adalah bulan yang sering dilalaikan banyak orang, bulan antara Rajab dan Ramadhan. Ini adalah bulan dimana amal-amal diangkat menuju Rab semesta alam. Dan saya ingin ketika amal saya diangkat, saya dalam kondisi berpuasa.” (HR. An Nasa’i, Ahmad, dan sanadnya dihasankan Syaikh Al Albani)
Dua hadits di atas, juga dalil-dalil lainnya tentang bulan Sya’ban, sudah jelas dapat memberikan gambaran apa yang harus dilakukan oleh seorang Muslim ketika masuk bulan Sya’ban. Sederhanya, setiap Muslim pada bulan Sya’ban ini, harus mampu melakukan lebih banyak lagi amalan-amalan sunnah dibandingkan dengan bulan-bulannya sebelumnya, khususnya melakukan shaum sunnah seperti yang dilakukan dan dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Banyak para ulama yang berpendapat bahwa, memperbanyak amalan shaum sunnah di bulan Sya’ban ini adalah dalam rangka mempersiapkan diri untuk melaksanakan shaum Ramadhan, yang akan berlangsung selama satu bulan penuh lamanya. Ramadhan sendiri akan masuk tepat setelah bulan Sya’ban berakhir.
Momentum Lockdown untuk Memaksimalkan Sya’ban
Maka, salah satu tips agar aktivitas setiap Muslim itu berguna, bermanfaat, bernilai, saat di rumah dalam suasana lockdown adalah memperbanyak shaum sunnah. Bisa shaum sunnah Daud (satu hari shaum satu hari tidak), shaum sunnah Senin dan Kamis, atau bisa juga shaum sunnah ayyamul bidh, yiatu shaum 3 hari pada pertengahan bulan (13. 14. 15) Sya’ban.
Tentu setiap Muslim sudah tahu dan faham bahwa banyak sekali manfaat dari Shaum ini. Salah satunya adalah dapat mengendalikan jiwa (nafsu). Dalam suasana menghadapi wabah Corona yang sangat sulit ini, maka suasana jiwa yang tenang pasti sangat dibutuhkan sekali, baik oleh kalangan pejabat, aparat, tenaga medis, para ulama, serta masyarakat.
Selain memperbanyak shaum sunnah, setiap Muslim juga dapat melaksanakan dan meningkatkan amalan-amalan lainnya seperti memperbanyak sholat sunnah (rawatib, dhuha, tahajjud), membaca Al-Qur’an, membaca hadits-hadits, dan berdzikir. Selain itu, ada amal lainnya yang tidak kalah pentingnya yaitu mendengarkan kajian-kajian Islam secara online dan membaca buku atau kitab. Amal terakhir ini, menjadi sangat bisa dilakukan, dengan waktu luang yang banyak sekali tersedia bagi setiap Muslim yang berdiam di rumah saja dalam kondisi lockdown ini.
Setiap Muslim harus benar-benar bisa memanfaatkan momentum lockdown ini untuk memperbanyak dan memperdalam tsaqafah keislamannya baik melalui kajian online maupun membaca buku. Yang paling terdekat dan sederhana saja misalnya, di rumah seorang Muslim dapat mempelajari lagi berbagai hal mengenai shaum Ramadhan.
Setiap Muslim dapat mempelajari apa sesungguhnya inti dan hakikat shaum itu apa. Bagaimana fiqh menjalankan shaum Ramadhan yang sesuai dengan sunnah Nabi Muhammad, mulai dari bagun shaur, saat shaur, saat menjalani shaum pada siang hari, sampai dengan bagaimana mengisi kegiatan pada malam hari (shalat tarawih) di bulan Ramadhan.
Kemudian bisa mempelajari hal-hal apa saja yang dapat membatalkan shaum Ramadhan, dan tindakan-tindakan apa saja yang dapat mengurangi bahkan menghapuskan pahala Ramadhan. Setiap Muslim juga bisa mempelajari bagaimana melaksanakan amal-amal utama Ramadhan lainnya seperti melaksanakan I’tiqaf, mendapatkan malam laitul qadr, serta menunaikan zakat fitrah dan zakat maal.
Termasuk di dalamnya bagaimana tata cara shaum bagi orang yang sedang berpergian (safar) wanita hamil, wanita menyusui, para petugas medis yang sedang bertugas mengurus pasien Covid-19, dan bagaimana tata cara membayar fidyah bagi orang-orang sudah tidak mampu lagi untuk melaksanakan shaum atau membayar hutang shaum tahun lalu yang belum dibayar. Serta banyak yang lainnya lagi yang berkaitan dengan pelaksanaan Ramadhan.
Hal-hal tersebut, sebenarnya harus sudah dikuasai alias selesai difahami oleh setiap Muslim yang sudah diwajibkan melaksanakan shaum. Namun kenyataannya, masih banyak kaum Muslimin yang masih belum sepenuhnya menguasi dan mengamalkan materi-materi tersebut.
Oleh karena itu, dalam kebijakan lockdown yang mengharuskan setiap Muslim harus tinggal di rumah saja, maka gunakanlah sebaik-baiknya untuk memperbanyak amal-amal sunnah (sholat, dan sunnah) serta mempedalam lagi pehamanan tentang fiqh dan makna Ramadhan. Jangan sampai dalam lockdown itu justru membuat seorang Muslim banyak menyia-nyiakan waktunya dengan melakukan aktivitas-aktivitas yang tidak produktif, bahkan cenderung merugikan diri sendiri maupun orang lain.
Setiap Muslim harus dapat memanfaatkan waktunya dengan baik, sekalipun harus berada di dalam rumah saja karena kebijakan lockdown ini. Dengan memanfaatkan waktu dengan baik, setiap Muslim juga dapat tetap mempersiapkan dirinya dengan maksimal pada bulan Sya’ban ini, dalam rangka menyambut bulan Ramadhan, yang tidak kurang dari 30 hari lagi akan menyapa umat Islam.
Semoga, dengan setiap Muslim terus mendekatkan diri, terus meningkatkan ketataan lagi kepada Allah dengan melaksanakan amal-amal shalih, ujian wabah Corona yang terjadi di hampir seluruh negara di dunia ini segera Allah hentikan lebih cepat dari apa yang diduga oleh manusia. Harapan bahwa setiap Muslim akan melalui Ramadhan tahun ini dengan damai, tenang tanpa virus Corona semoga terwujud. Aaamin. Wallahu’alam. []
Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi di luar tanggung jawab redaksi.