Oleh: Mam Fifi
“AYUK jawab itu comment di grup sebelah, suhu sudah mulai memanas,” demikian bunyi sebuah message dalam grup wa (whatsapp) para staff lapisan satu.
Bos tengah bertanya mengenai sholat istisqo jadi diadakan tidak di kantor kami. Ya bos kami ini lucu, kadang kayak bos, kadang seperti ibu, kadang juga kayak satpam, yang terkenal adalah bos perempuan kami ini seperti paranormal. Beliau sepertinya tahu semua kejadian seputaran lingkungan kerja dan berbagai hal padahal ia jarang sekali mengawasi kami. Sehingga kami suka berpandang-pandangan, “Tahu darimana ya.”
Bahkan seringkali kami sikut-sikutan setelah bos menjelaskan panjang lebar apa yang terjadi berapa hari yang lalu. Dengan intonasi yang kadang tinggi kadang rendah, bos menegur kami dan menggambarkan dengan gamblang bahaya atau efek kalau kami begini atau begitu. Yah memang kalau di pikir-pikir benar juga, tapi kami biasanya hanya menunduk menghitung jari atau memikirkan warna meja di depan kami.
Kalau sudah begitu, ketika bos keluar kami saling menuduh, “Kamu ya yang ngasih tahu, dasar gak bisa jaga rahasia.” Namun sumpah Palapa pun kalah, karena kami bersumpah tidak ada satupun yang beritahu bos tentang kejadian ini atau itu. Siapa yang berani negur bos dengan cerita yang mungkin akan mengundang kalimat bos yang seringkali lebih tajam daripada pisau pemotong rumput.
Ya, bos memang punya perhatian yang luar biasa, beliau memikirkan segalanya. Kata orang thingking skill (kemampuan berpikirnya jauh diatas rata-rata), juga bos pandai menyimpulkan satu peristiwa cuma dari kata-kata atau sikap kami. Ibaratnya dari gerak bahu kami saja, bos tahu keberadaan dan pikiran kami. Nah, seram gak punya bos kayak gitu.
Tapi punya bos perempuan yang menarik tapi galak itu beda rasanya. Kita seperti punya ibu yang suka ngasih uang jajan kalau mau liburan, juga snack buat ngemil sambil nonton sinetron yang terlewat tiga episode karena ngisi raport juga ada, sampai minuman cap kaki empat juga tersedia.
Tidak apa deh punya bos galak toh semuanya juga untuk kebaikan kita. Suatu kali kami pernah meeting sama bos lelaki, duh gersang suaranya datar, intonasinya sama saja dari awal sampai akhir, wajahnya pun berkeringat. Lalu semua meja dari ujung barat ke ujung timur kosong -tidak ada penganan sedikitpun-, dan si bos memberikan instruksi terus sampai kami lupa harus mencatat.
Memang beda bos perempuan dengan bos lelaki, kalau bos perempuan selalu memasukkan unsur keibuan dengan pembawaan kasih sayang pada para stafnya. Semua hal diperhatikan sampai sekecil-kecilnya . Bos perempuan juga rela berkorban jiwa dan raga seperti ibu pada anaknya.
Selain banyak makanan di mana-mana hal yang sering beliau pertanyakan kalau ketemu siang hari persis seperti emak saya di kampung, “sudah makan?” atau “kamu sudah dapat belum.” Dan bos perempuan langsung mengerjakan apa apa yang kurang walau cerewetnya bukan main. Whatsapp nyala siang malam, yang kalau tidak di jawab suka ngomel, yaa persis deh kayak emak saya di kampung yang selalu tanya, “kapan ke sini lagi?” Padahal baru tadi pagi pulang kampung.
“Sesungguhnya Allah menyukai apabila seseorang melakukan satu pekerjaan, ia melakukannya dengan sebaik-baiknya.’
Bos perempuan memasukkan unsur ibu bagi setiap orang, bagi hati yang rindu ibu, cocok kalau punya bos perempuan, walau nampak keras dan tegas tapi kami tahu ada sejuta kasih sayang yang tidak pernah ada habisnya. I love you bos more than that you feel. []