DALAM surah al-‘Ashr ayat 1-3, Allah jalla wa ‘alaa berfirman:
والعصر . إن الإنسان لفي خسر . إلا الذين آمنوا وعملوا الصالحات وتواصوا بالحق وتواصوا بالصبر
Artinya: “Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman, beramal shalih serta saling berwasiat dalam kebenaran dan kesabaran.”
Menurut Imam Ibn Katsir rahimahullah di kitab tafsir beliau, pada ayat di atas, Allah ta’ala bersumpah bahwa sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerusakan dan kebinasaan (khasaarah wa halaak). Menurut Imam al-Baidhawi rahimahullah di kitab tafsir beliau, alif lam ma’rifah pada kata al-insan menunjukkan jenis (lil jins), artinya untuk seluruh manusia. Sedangkan nakirah pada kata khusrin adalah lit ta’zhiim, artinya menunjukkan begitu besarnya kerugian yang akan didapatkan.
BACA JUGA: Memperebutkan Sesuatu yang Membinasakan
Bisa kita simpulkan, mengikuti pendapat dua imam mufassir, di ayat pertama dan kedua di atas, Allah ta’ala bersumpah bahwa seluruh manusia benar-benar akan mendapatkan kerugian yang teramat besar, kerusakan dan kebinasaan.
Ayat ketiga merupakan pengecualiannya. Allah subhanahu wa ta’ala mengecualikan orang-orang yang beriman, beramal shalih, dan saling berwasiat dalam kebenaran dan kesabaran dari ancaman kebinasaan di ayat kedua. Imam Ibn Katsir rahimahullah menyatakan bahwa beriman kepada Allah ta’ala dan beramal shalih maksudnya adalah mengimani Allah ta’ala dalam hati, dan mengerjakan amal shalih dengan anggota badan mereka. Imam ath-Thabari rahimahullah dalam kitab tafsir beliau menyatakan bahwa maksud alladziina aamanuu wa ‘amilush shaalihaat adalah membenarkan dan mentauhidkan Allah ta’ala, mengakui keesaan dan kewajiban taat kepada-Nya, beramal shalih, menunaikan segala yang diwajibkan oleh Allah ta’ala atas mereka, dan menjauhi seluruh yang dilarang-Nya.
Imam ath-Thabari rahimahullah menafsirkan frase tawaashau bil haqq dengan saling berwasiat untuk selalu beramal berdasarkan perintah yang telah diturunkan oleh Allah dalam Kitab-Nya, dan menjauhi apapun yang dilarang-Nya dalam Kitab-Nya. Beliau juga mengutip pernyataan dua imam tabi’in, Qatadah dan Hasan al-Bashri –rahmatullahi ‘alaihima–, bahwa yang dimaksud dengan al-haqq dalam ayat ini adalah Kitabullah.
BACA JUGA: Nabi Khawatir Umatnya Binasa karena Harta dan Kemewahan
Untuk frase tawaashau bish shabr, imam ath-Thabari rahimahullah menafsirkannya dengan saling berwasiat untuk bersabar dalam beramal ketaatan kepada Allah. Untuk frase ini, beliau juga mengutip pernyataan imam Qatadah dan Hasan al-Bashri –rahimahumaLlah–, bahwa yang dimaksud dengan ash-shabr dalam ayat ini adalah ketaatan kepada Allah.
Dari penjelasan mufassir terhadap surah al-‘Ashr di atas, bisa kita simpulkan bahwa untuk menyelamatkan diri kita dari kerusakan dan kebinasaan, dari kerugian yang teramat besar, di dunia dan akhirat, maka kita wajib mentauhidkan Allah ta’ala, menunaikan segala yang diwajibkan oleh-Nya dan menjauhi seluruh yang dilarang-Nya, serta saling berwasiat untuk selalu mengikuti Kitab Allah dan bersabar dalam ketaatan kepada-Nya. []
Web: abufurqon.net
Facebook: Muhammad Abduh Negara