Oleh: Nursih Ummu Sayyid
Ibu Rumah Tangga, member Revowriter, WCWH dan Komunitas Aktif Menulis
Bogor
nursih.z@gmail.com
SAAT kita menjadi seorang ibu, mungkin kita baru merasakan bagaimana cinta ibu kepada anaknya itu luar biasa. Tak ada lagi pemikiran bahwa ibu pilih kasih, atau lebih sayang dengan adik atau kakak. Sejatinya, tak pernah seorang ibu membedakan anak yang satu dengan yang lainnya. Karena cinta seorang ibu sangat tulus. Begitu dekat, yang dipancarkan dari hati yang terdalam.
Saat kita menjadi ibu, kita akan merasakan ketika anak bahagia, sedih, sakit atau lainnya. Perasaan ibu selalu mengiringi hati anaknya. Sebab itu, sering terjadi kontak batin ketika anak jauh dari ibunya. Begitu besar filling seorang ibu, hingga ketika anak sakit, ibu rela menggantikan posisi anaknya. Saat anak dilukai seseorang, hati ibu pun perih, bagai teriris-iris. Sekalipun yang melukai anak itu orang terdekat mereka.
Seorang ibu rela berkorban lebih untuk anaknya, sekalipun nyawa taruhannya. Tak peduli rasa sakit dalam dirinya, melihat anak bahagia ibu pun sujud syukur luar biasa. MasyaAllah.
Begitulah pengorbanan seorang ibu, mulai dari mengandung dengan kondisi mual muntah tiap hari, nggak masuk makanan, merasa 5L (Lemah, Letih, Lelah, Lesu, Lunglai), pinggang terasa sakit dan sebagainya. Ditambah saat melahirkan buah hatinya, pengorbanan yang ibu lakukan begitu besar, antara hidup dan mati.
Belum lagi ibu menyusui selama 2 tahun, mengasuh, mendidik mulai kita tidak tahu apa-apa hingga menjadi manusia yang cerdas, sholeh, dan sebagainya.
Wajarlah jika Allah sungguh memuliakan posisi ibu, karena begitu besar pengorbanannya menjadi seorang ibu.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَاناً حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهاً وَوَضَعَتْهُ كُرْهاً وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْراً حَتَّى إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحاً تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo’a: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri ni’mat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai. berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” (Qs. Al-Ahqaaf : 15)
Belum lagi kedudukan ibu lebih tinggi dari seorang ayah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ :يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ، قَالَ أَبُوْكَ
Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, belia berkata, “Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Kemudian ayahmu.’” (HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548)
Dalam ayat di atas, menjelaskan seorang ibu mengalami 3 kepayahan. Saat kondisi sedang hamil, melahirkan juga menyusui.
Karena itu, dalam hadits Rasul diperkuat kembali bahwa kebaikan seorang ibu 3 kali lebih besar dari seorang bapak. MasyaAllah.
Wajar saja jika Rasulullah pernah mengatakan bahwa surga itu di bawah telapak kaki ibu. Menggambarkan pengorbanan ibu yang luar biasa. Tak bisa tergantikan oleh nilai apapun. Maka, berbuat baiklah kepada ibu bapak kita, selagi Allah memberi kesempatan untuk kita bisa bercengkrama dengannya.
Ya Allah, sungguh hati ibu bagaikan karang di tengah lautan. Walau hati mereka bersedih, hingga buliran-buliran bening yang keluar dari matanya. Mereka tak pernah menunjukkan kepada anaknya. Semata-mata agar anak tak melihat kesedihan orangtua. MasyaAllah.
Ibu… Engkau luar biasa!… Saat kita jadi ibu, insyaaAllah kita pun akan mengalaminya. Tak bisa ku balas jasamu dengan apapun ibu, karena kau sungguh mencintai anak-anakmu baik dalam keadaan suka ataupun duka. Maka, benarlah istilah seorang ibu mampu membahagiakan 10 orang anaknya, tapi 10 orang anak belum tentu mampu membahagiakan orangtuanya.
اللَّهُمَّ اغْفِرْلِى ذُنُوْبِى وَلِوَالِدَىَّ وَارْ حَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِى صَغِيْرَا . وَلِجَمِيْعِ الْمُسْلِمِيْنَ وَلْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ . اَلْاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتِ . وَتَابِعْ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ بِالْخَيْرَاتِ . رَبِّ اغْفِرْ وَارْ حَمْ وَاَنْتَ خَيْرُالرَّ احِمِيْنَ . وَلاَحَوْلَ وَلاَقوَّةَ اِلاَّبِاللَّهِ الْعَلِيِ الْعَظِيْم
امين يا رب العالمين
Bogor, 15 April 2020
Kirim RENUNGAN Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word