Oleh: Nur Adi Septanto
Bangil, Pasuruan, Jawa Timur
Guru
adibinhadi2014@gmail.com
قَالَ كَذَلِكَ أَتَتْكَ آيَاتُنَا فَنَسِيتَهَا وَكَذَلِكَ الْيَوْمَ تُنْسَى
Allah berfirman: “Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, Maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan.” (Surah Thaha/ 20: 126)
MUNGKIN kau pernah dilupakan temanmu, saudaramu, atau gurumu, bahkan mungkin orang tuamu. Temanmu melupakanmu karena keisenganmu yang berlebihan sehingga ia harus mencoretmu dari daftar teman. Dan itu berat kau rasakan, kehilangan teman.
Terputus jalinan pertemanan yang saling sapa dan bantu kapan saja diperlukan. Karena ulah sendiri, hilang teman tak kembali.
Saudaramu tak lagi menyapamu lantaran ada janji hutang piutang yang tak terbayarkan hingga datamu tak lagi ada di memori mereka. Betapapun memutus silaturahim tidak boleh, alias haram. Tetapi itu terjadi di banyak keluarga. Saudara tak lagi memperhatikanmu. Membiarkanmu dalam keadaan yang tak menentu.
Dan itu tidak nyaman dirasakan. Meski seharusnya saudaramu tak berbuat seperti itu. Namun, kamu sendiri bisa merasakan, tidak hangatnya pertemuan, akibat dari janji yang tidak tertunaikan. Kamu sendiri yang mengabaikan, hingga sikap saudaramu dingin tak menghiraukan.
Gurumu tak lagi menghendaki dirimu ada di bangku kelasnya. Karena pelanggaran-pelanggaran yang terjadi sudah over limit. Jadilah kamu murid yang diberikan kesempatan belajar di tempat lain. Alias dikembalikan ke orang tua. Bahasa bloko sutonya, “Sampean kena dupak out”. Dikeluarkan, diberhentikan dengan tidak terhormat.
Berat menanggung akibat kecerobohan yang berulang-ulang terjadi. Peringatan 1, 2, dan 3, sudah dilayangkan masih saja membandel. Dan ketika sudah peringatan terakhir, tak ada lagi kesempatan. Sesal dan kecewa berat yang dirasakan. Berat menghadapi keadaan. Ditolak sana-sini.
Bahkan ada orang tua yang sebenarnya tidak boleh dicontoh, sumpah serapah, tak mengakui sebagai anaknya. Karena kedurhakaan yang dilakukan sang anak membuat orang tua murka. Kemarahan yang meledak sampai bersumpah tak diakui sebagai anak. Berat tak mendapat ridha orang tua. Sangat berat tak bisa memanggil mereka kembali. Karena ulah perbuatan durhaka membuat dirinya susah sendiri.
Semua itu dalam kehidupan dunia ini sangat mungkin terjadi. Kamu dilupakan. Sekarang saat semua makhluk melupakanmu, betapa diri merasa tiada guna. Dan yang lebih menyakitkan dan menyengsarakan ketika kamu dilupakan Allah Ta’ala. Kamu tidak diperhatikan oleh yang Mahakuasa. Kamu dilupakan dan tidak disapa. Kamu dibiarkan tak diberikan pertolongan. Kamu dihempaskan ke dalam kesengsaraan. Kamu dicampakkan ke dalam siksa yang berkepanjangan tak berkesudahan. Ngerinya tak terkirakan.
Itulah akibat kamu yang berlebihan melampaui batas aturan. Melakukan hal sia-sia dan mengabaikan ayat-ayat-Nya yang syarafmu telah menerima peringatan. Kamu janji setia hanya kepada-Nya, tapi ingkari nikmat-Nya, jauhi perintah-Nya, dekati larangan-Nya, bahkan mengajak orang lain ke dalam lubang-lubang kemaksiatan.
Dan ketika benar-benar kamu dikembalikan, merengek minta diperhatikan. Mengaku dulu melalaikan. Menyadari kesalahan tetapi sudah terlambat tak bisa dimaafkan. Dunia sudah berlalu. Akhirat sudah menunggu. Kamu dilupakan sebagaimana kamu dulu melupakan. []
Kirim RENUNGAN Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word