HATI merupakan anugerah yang diberikan oleh Allah SWT kepada manusia sebagai perasa dalam menjalankan hidupnya. Di mana hati itu bisa saja dalam keadaan sehat, bisa pula sakit. Hal itu tergantung cara kita menjaga hati. Apabila hati itu sakit, maka ketika kita tidak segera mengobatinya dan dibiarkan, lama-lama bisa berpotensi menjadi hati yang mati (qalbun mayyit).
Hati yang mati itu tidak ada bedanya dengan jasad yang sudah tidak bernyawa. Walaupun dipukul, dicubit, bahkan diiris sekalipun, ia tidak akan merasakan apa-apa. Sehingga ketika orang yang hatinya telah mati melakukan perbuatan baik atau pun buruk rasanya akan sama saja, biasa-biasa saja, dan tidak ada nilainya sama sekali.
BACA JUGA: Pesan Haru di Balik Foto Sebuah Peti Mati Berukuran Kecil
Ada 2 ciri utama hati yang mati, yaitu:
1. Selalu menolak akan kebenaran dari Allah.
2. Selalu melakukan kerusakan/ berlaku zalim kepada sesama makhluk hidup bahkan terhadap dirinya sendiri.
Hati yang mati secara tersirat disinggung dalam surat Al-Baqarah ayat 7, “Allah telah mengunci mati hati dan pendengaran mereka dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang berat.”
Serta dalam riwayat Ibrahim bin Adam atau dikenal juga dengan nama Abu Ishaq, yang sedang berjalan di pasar Bashrah, lalu orang-orang mengerumuninya dan seraya bertanya, “Wahai Abu Ishaq, sudah sejak lama kami memanjatkan do’a kepada Allah, tetapi mengapa do’a-do’a kami tidak di kabulkan? Padahal Allah telah berfirman dalam kitab-Nya, “Berdo’alah kalian kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan do’a kalian,” (QS. Ghoofir : 60). Lalu Abu Ishaq menjawab, “Hal itu dikarenakan hati kalian telah mati dengan sepuluh perkara berikut:
1. Kalian mengenal Allah tetapi kalian tidak menunaikan kewajibannya.
2. Kalian mengakui mencintai Rasulullah, tapi kalian meninggalkan sunnahnya.
3. Kalian membaca Al-Qur’an, tapi kalian tidak mengamalkan isi kandungannya.
BACA JUGA: Ibadah Harta dan Bergaining Kematian
4. Kalian sangat banyak diberi nikmat karunia, tapi kalian tidak mensyukurinya.
5. Kalian selalu mengatakan bahwa setan itu musuh kalian, tetapi kalian mengikuti langkahnya.
6. Kalian mempercayai surga itu ada, tetapi kalian tidak berbuat amal untuk mengantarkannya kesana.
7. Kalian mempercayai neraka itu ada, tetapi kalian tidak lari dari panas siksanya.
8. Kalian mengakui bahwa kematian itu benar adanya, tetapi kalian tidak mempersiapkan diri untuk menghadapinya.
9. Kalian sibuk mengurusi kekurangan orang lain, akan tetapi lupa pada kekurangan diri sendiri.
10. Kalian mengubur jenazah, akan tetapi tidak mengambil pelajaran dari peristiwa tersebut.” []