SAYA tahu tentang agama Islam dari kecil. Karena sahabat-sahabat saya adalah seorang muslim. Saya ingat ketika diundang ke rumah mereka untuk berbuka puasa. Akhirnya saya mulai bertanya tentang agama mereka, seperti mengapa ibu mereka mengenakan penutup kepala? Mengapa mereka berpuasa? dan mengapa mereka tidak minum alkohol?
Sebagian jawaban yang mereka sampaikan sulit saya pahami. Bagaimana seorang muslim bisa mengerjakan semua perintah Tuhan karena sebuah keimanan. Mereka menjelaskan bahwa mereka menjalankan semua amal ibadah itu karena sebuah perintah dari Tuhan mereka. Dan mereka tidak perlu mengetahui apa alasan Tuhan memberikan perintah ini, karena sudah pasti perintah yang Dia berikan akan membawa kebaikan.
BACA JUGA: Momen Ayana Moon Jalani Puasa Pertama Bareng Adik yang Baru Mualaf
Mereka menjelaskan bahwa Tuhan mereka Allah. Dan mereka mempercayai nabi-nabi yang sama dengan saya. Akhirnya rasa penasaran saya terhadap Islam semakin dalam. Saya berpikir bahwa saya harus mencari sumber dari agama Islam ini. Saya memutuskan untuk meminjam salinan terjemahan bahasa Inggris dari Al-Quran. Saya pun mulai membacanya.
Ketika saya mempelajari Al-Quran saya sangat terkejut karena ada sedikit kemiripan dengan Al-kitab. Akhirnya saya memutuskan bertanya kepada teman-teman muslim saya. Setelah mendapatkan jawaban-jawaban dari mereka. Rasa penasaran masih meliputi hati saya, hingga akhirnya saya memutuskan untuk mencoba berpuasa seperti mereka selama sehari penuh. Awalnya saya berpikir bahwa ini adalah hal yang sulit, namun saya berkeyakinan bahwa saya mampu melaksanakannya.
Saya semakin tertarik untuk mempelajari agama Islam. Hingga pada tanggal 11 September saya mendengar kabar bahwa seorang teroris muslim menyerang suatu daerah. Hati saya menyangkal bahwa ini perbuatan seorang muslim. Mana mungkin Seorang muslim menjadi teroris. Ini sungguh berlawanan dengan perintah Al-Quran.
BACA JUGA: Kisah Aisha Bhutta, Seorang Mualaf yang Mengislamkan 30 Orang
Pemikiran saya ini bertolak belakang dengan keluarga saya. Mereka beranggapan bahwa orang Islam adalah teroris. Saya tetap berkeyakinan bahwa Islam adalah agama yang benar. Saya berlutut dan berdoa, “Saya percaya hanya ada satu Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan terakhir dari Tuhan.”
Semenjak saat itulah saya memutuskan untuk menjadi seorang muslim. Saya mulai mengenakan jilbab dan tidak meminum alkohol lagi. Salah satu teman baik saya berkata bahwa Islam merupakan cara hidup. Memahami Islam haruslah dengan akal sehat. Karena Al-Quran adalah masuk akal. Semua hal yang terdapat di dalamnya adalah benar. Dengan menjadi seorang muslim kini hidup saya lebih berarti. []