JAKARTA–Salah satu Ulama kharismatik Indonesia, Tuan Guru KH Ahmad Zuhdiannoor atau dikenal dengan sebutan Guru Zuhdi meninggal dunia pada Sabtu (2/5/2020) pukul 06.43 WIB di RS Medistra Jakarta.
Kabar duka tersebut disampaikan Anggota DPR RI Dapil Kalsel Syaifullah Tamliha dari dokter yang menangani Guru Zuhdi di RS Medistra. Melalui pesan singkat yang disampaikan kepada Tamliha, dr Gunawan SPD menyampaikan kabar duka tersebut.
BACA JUGA: Banyaknya Khataman Quran Para Sahabat dan Ulama Salaf
“Izin mengabarkan berita duka, guru Zuhdi meninggal pagi ini dengan gagal napas dan gagal jantung, manusia berusaha Tuhan yang berkehendak,” tulisnya.
Tamliha mengatakan, rencananya jenazah Guru Zuhdi akan diterbangkan ke Banjarmasin.
“Saat ini saya sedang menghubungi pesawat yang bisa memberangkatkan Almarhum.”
Syaifullah diketahui selama dua hari terakhir mendampingi keluarga dan istri Guru Zuhdi saatdirawat di RS Medistra Jakarta.
“Beliau adalah ulama harapan umat Kalimantan Selatan yang sangat bersahaja dan kharismatik. Wafatnya seorang ulama sangat sulit menggantikannya dan ilmu mulai ditarik oleh Allah SWT. Saya berharap keluarga Beliau tabah dan sabar atas kepergian Almarhum,” tukasnya.
Guru Zuhdi lahir pada 10 Februari 1972 atau 24 Zulhijah 1391 H. Guru Zuhdi merupakan anak dari KH Muhammad yang merupakan pimpinan Pondok Pesantren Al Falah periode 1986-1993.
Ia pernah menimba ilmu di Pesantren Al-Falah Banjarbaru. Namun karena sering sakit, Tuan Guru Zuhdi kemudian mengaji kepada sang kakek di Alabio. Setelah kakeknya wafat, dia kembali ke Banjarbaru dan kemudian mengaji ilmu dengan KH Abdul Syukur di Teluk Tiram.
Guru Zuhdi mengisi banyak majelis taklim di antaranya, majelis taklim di komplek Pondok Indah Banjarmasin, kemudian di rumah pribadi Jalan samping Mesjid Jami Sungai Jingah, Majelis Taklim Masjid Sabilah Muhtadin dan Masjid Sungai Jingah Banjarmasin.
BACA JUGA: Ulama Aceh Izinkan Warga Shalat Tarawih Berjemaah di Masjid, dengan Syarat…
Pada awal Guru Zuhdi merintis majelis, jumlah jemaah yang mengikuti pengajiannya belum sebesar saat ini. Kala itu, ia memulai pengajian dari kitab yang ditulis tangan oleh Guru Sekumpul. Lantaran itu, jemaah yang hadir di pengajiannya merasa terobati rindunya kepada Guru Sekumpul.
Selain itu, gaya bicara dan penjelasan Guru Zuhdi dalam bermajelis seperti Abah Guru Sekumpul. Meski begitu, banyak orang yang tidak berani menyamakannya Guru Zuhdi dengan pangkat serta kedudukan Guru Sekumpul. []
SUMBER: SUARA.COM