PUASA tak hanya sekadar menahan lapar dan haus saja. Jauh daripada itu, hakikat puasa adalah menahan diri dari segala keburukan dan maksiat kepada Allah SWT. Terkait hal tersebut, Imam Abu Hamid al Ghazali di dalam Ihya Ulum al-Din pernah mengemukakan sebuah permasalahan, “Apakah ada puasa yang sah tetapi tidak bernilai itu?”
Bahkan Nabi bersabda bahwa banyak orang berpuasa hanya menahan lapar dan haus saja tapi tak mendapat pahala. Istilahnya hanya mendapat ‘pepesan kosong.’ Ini karena puasa yang dilakukan tidak mampu menahan diri dari berbagai akhlak buruk dan kemaksiatan.
BACA JUGA: Istri Jadi Mualaf, Rama Michael Tak Sendirian lagi Jalani Puasa Ramadhan
Agar puasa kita berkualitas dan tak hanya sekadar sah saja, Imam al Ghazali memberikan enam tips agar puasa dapat diterima di sisi Allah:
Pertama, menjaga pandangan dari sesuatu yang diharamkan. Ia dikarenakan terdapat hadis Nabi SAW yang menyebutkan bahwa pandangan terhadap sesuatu yang haram adalah bagian dari ‘panah-panah’ syetan. (HR. al Hakim dan al Thabrani).
Kedua, menjaga lisan dari ghibah, dusta, gosip, cacian, dan debat. Al-Ghazali menyarankan agar orang yang berpuasa lebih banyak berzikir dan membaca Alquran. Beberapa ulama dari kalangan Tabi‘in seperti Imam Sufyan al Tsauri dan Mujahid sepakat bahwa berbohong dan bergunjing dapat merusak nilai puasa. Nabi SAW pernah mengingatkan, “Apabila seseorang di antara kamu berpuasa, maka janganlah berkata keji dan bertengkar. Apabila ada orang yang mengajak bertengkar, maka katakanlah ‘Aku sedang berpuasa’.” (HR. al Bukhari dan Muslim).
Ketiga, menjaga pendengaran dari mendengarkan yang dibenci oleh Allah. Al Ghazali menegaskan bahwa bersikap diam ketika ada pergunjingan termasuk diharamkan. Ini dikarenakan Nabi SAW melarang melakukan pergunjingan dan juga mendengarkannya.
Keempat, menjaga anggota badan seperti tangan dan kaki dari aktivitas yang tidak disukai Allah, dan juga perut dari memakan sesuatu yang syubhat ketika berbuka. Al Ghazali mengingatkan bahwa puasa tidak bernilai jika menahan diri dari sesuatu yang halal, namun berbuka dengan sesuatu yang haram.
BACA JUGA: Sambil Berpuasa, Muslim London Berusia 100 Tahun Ini Galang Donasi dengan Cara Luar Biasa
Kelima, menahan diri dari berbuka secara berlebihan, walaupun makanan yang dikonsumsi halal. Tradisi mengonsumsi beraneka ragam makanan khusus pada bulan Puasa, ternyata juga menjadi kebiasaan sebagian umat Islam di zaman al Ghazali. Ini membuat ia heran dengan mengatakan, “Spirit dari puasa adalah meminimalkan kekuatan hawa nafsu, sedangkan itu tidak akan diperoleh kecuali dengan cara meminimalkan makan.” Selain itu, makan dan minum yang berlebihan juga berakibat malas dan suka tidur, sehingga tidak mampu memakmurkan malam Ramadhan.
Keenam, menghadirkan perasaan takut (khawf) tidak diterima puasanya, dan harap (raja’) agar Allah menerimanya. Ini dilakukan setelah berbuka puasa, bahkan setiap selesai beramal apa pun. Ini dikarenakan jika Allah menerima puasa seseorang maka ia akan menjadi golongan yang diridai. Adapun sebaliknya. Jika Allah menolaknya, maka orang tersebut akan menjadi golongan yang dimurkai. []
SUMBER: KHAZANAH REPUBLIKA