Dosen & pegiat sosial
rosandiardinugraha@gmail.com
Imam Sufyan bin Sa’id ats-Tsauri berkata: “Tidaklah aku berusaha memperbaiki sesuatu (dalam diriku) yang lebih sulit bagiku daripada (memperbaiki) niatku (supaya ikhlas).
Ada saja gangguannya, kadang muncul dari diri sendiri, misalnya merasa bangga bisa membaca AlQur’an beberapa juz dalam satu hari, kadang dari luar, seperti pujian dari orang lain, yang melihat kuantitas ibadah, silih berganti, terus datang membayangi kelurusan niat dalam ibadah kepada Allah SWT.
Kata niat sangat mudah diucapkan, tapi berat untuk di amalkan, ada ungkapan dari Abdullah bin Mubarak, beliau mewasiatkan agar memberikan perhatian kepada niat,”betapa banyak amalan yang besar menjadi kecil (pahalanya) karena sebab niat”.
Lalu bagaimana sebaiknya agar seluruh amalan ibadah kita bernilai ibadah di sisi Allah swt, kata kuncinya adalah menghadirkan kesabaran dalam niat yang benar kepada Allah swt.
Dalam proses menjaga niat inilah perlu adanya kesabaran. Jika, sedikit saja kesabaran itu hilang dari diri kita, saat itu kita sudah berbelok dari niat yang lurus. Tentu saja menjaga niat bukanlah hal yang mudah, perlu terus membangun kewaspadaan. Karena itulah Allah Swt memberikan balasan pahala kebajikan yang tidak terhitung jumlahnya, kepada siapa saja yang mampu menjaga kesabaran di dalam menjaga niatnya. Seperti yang Allah SWT firmankan, “…Sesungguhnya orang-orang yang sabar itu, akan disempurnakan pahalanya dengan tiada terhitung”. (QS. az-Zumar [39]: 10)
Niat yang baik sesungguhnya sudah dicatat sebagai satu kebaikan walaupun tersebut belum sempat dilaksanakan. Bila dilaksanakan maka tentu balasannya lebih besar dari Allah swt.
Masalah ini secara rinci diabadikan di dalam salah satu hadits Rasulullah SAW. Beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah telah menetapkan kebaikan dan keburukan, kemudian menjelaskan hal tersebut: Siapa yang berniat melaksanakan kebaikan kemudian dia tidak mengamalkannya, maka dicatat disisi-Nya sebagai satu kebaikan penuh. Dan jika dia berniat melakukannya kemudian melaksanakannya maka Allah akan mencatatnya sebagai sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kali lipat bahkan hingga kelipatan yang banyak. Dan jika dia berniat melaksanakan keburukan kemudian dia tidak melaksanakannya maka baginya satu kebaikan penuh, sedangkan jika dia berniat kemudian dia melaksanakannya, maka Allah mencatatnya sebagai satu keburukan.“(HR. Bukhari dan Muslim).
Semoga kita bisa terus memanfaatkan momentum Ramadhan tahun ini dengan niat dan amalan yg terbaik, ibadah shaum menjadi proses pendidikan, yang akan membentuk diri kita, menjadi pribadi yang sabar dalam menjaga niat. Agar setiap amal shalih yang kita lakukan, setiap, pikir,ucapan dan perbuatan, bernilai pahala ibadah di sisi Allah SWT. Aamiiin
Wallahu A’lam bisshowwab. []
Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi di luar tanggung jawab redaksi.
Dosen & pegiat sosial
rosandiardinugraha@gmail.com
Imam Sufyan bin Sa’id ats-Tsauri berkata: “Tidaklah aku berusaha memperbaiki sesuatu (dalam diriku) yang lebih sulit bagiku daripada (memperbaiki) niatku (supaya ikhlas).
Ada saja gangguannya, kadang muncul dari diri sendiri, misalnya merasa bangga bisa membaca AlQur’an beberapa juz dalam satu hari, kadang dari luar, seperti pujian dari orang lain, yang melihat kuantitas ibadah, silih berganti, terus datang membayangi kelurusan niat dalam ibadah kepada Allah SWT.
Kata niat sangat mudah diucapkan, tapi berat untuk di amalkan, ada ungkapan dari Abdullah bin Mubarak, beliau mewasiatkan agar memberikan perhatian kepada niat,”betapa banyak amalan yang besar menjadi kecil (pahalanya) karena sebab niat”.
Lalu bagaimana sebaiknya agar seluruh amalan ibadah kita bernilai ibadah di sisi Allah swt, kata kuncinya adalah menghadirkan kesabaran dalam niat yang benar kepada Allah swt.
Dalam proses menjaga niat inilah perlu adanya kesabaran. Jika, sedikit saja kesabaran itu hilang dari diri kita, saat itu kita sudah berbelok dari niat yang lurus. Tentu saja menjaga niat bukanlah hal yang mudah, perlu terus membangun kewaspadaan. Karena itulah Allah Swt memberikan balasan pahala kebajikan yang tidak terhitung jumlahnya, kepada siapa saja yang mampu menjaga kesabaran di dalam menjaga niatnya. Seperti yang Allah SWT firmankan, “…Sesungguhnya orang-orang yang sabar itu, akan disempurnakan pahalanya dengan tiada terhitung”. (QS. az-Zumar [39]: 10)
Niat yang baik sesungguhnya sudah dicatat sebagai satu kebaikan walaupun tersebut belum sempat dilaksanakan. Bila dilaksanakan maka tentu balasannya lebih besar dari Allah swt.
Masalah ini secara rinci diabadikan di dalam salah satu hadits Rasulullah SAW. Beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah telah menetapkan kebaikan dan keburukan, kemudian menjelaskan hal tersebut: Siapa yang berniat melaksanakan kebaikan kemudian dia tidak mengamalkannya, maka dicatat disisi-Nya sebagai satu kebaikan penuh. Dan jika dia berniat melakukannya kemudian melaksanakannya maka Allah akan mencatatnya sebagai sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kali lipat bahkan hingga kelipatan yang banyak. Dan jika dia berniat melaksanakan keburukan kemudian dia tidak melaksanakannya maka baginya satu kebaikan penuh, sedangkan jika dia berniat kemudian dia melaksanakannya, maka Allah mencatatnya sebagai satu keburukan.“(HR. Bukhari dan Muslim).
Semoga kita bisa terus memanfaatkan momentum Ramadhan tahun ini dengan niat dan amalan yg terbaik, ibadah shaum menjadi proses pendidikan, yang akan membentuk diri kita, menjadi pribadi yang sabar dalam menjaga niat. Agar setiap amal shalih yang kita lakukan, setiap, pikir,ucapan dan perbuatan, bernilai pahala ibadah di sisi Allah SWT. Aamiiin
Wallahu A’lam bisshowwab. []
Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi di luar tanggung jawab redaksi.