Oleh: Iit Supriatin
supriatin2912@gmail.com
KETIKA kami mengkaji kitab ini dari Guru kami, beliau menyampaikan..
إعلم أن الصوم ثلاث درجات صوم العموم وصوم الخصوص وصوم خصوص الخصوص: وأما صوم العموم فهو كف البطن والفرج عن قضاء الشهوة كما سبق تفصيله، وأما صوم الخصوص فهو كف السمع والبصر واللسان واليد والرجل وسائر الجوارح عن الآثام، وأما صوم خصوص الخصوص فصوم القلب عن الهضم الدنية والأفكار الدنيوية وكفه عما سوى الله عز وجل بالكلية ويحصل الفطر في هذا الصوم بالفكر فيما سوى الله عز وجل واليوم الآخر
“Ketahuilah bahwa puasa ada tiga tingkatan: puasa umum, puasa khusus, dan puasa paling khusus. Yang dimaksud puasa umum ialah menahan perut dan kemaluan dari memenuhi kebutuhan syahwat. Puasa khusus ialah menahan telinga, pendengaran, lidah, tangan, kaki, dan seluruh anggota tubuh dari dosa. Sementara puasa paling khusus adalah menahan hati agar tidak mendekati kehinaan, memikirkan dunia, dan memikirkan selain Allah Ta’alaa. Untuk puasa yang ketiga ini (shaumu khususil khusus) disebut batal bila terlintar dalam hati pikiran selain Allah Ta’alaa dan hari akhir.”
Tiga tingkatan ini disusun berdasarkan sifat orang yang mengerjakan puasa.
1. Ada orang puasa hanya sekadar menahan diri dari makan dan minum, tetapi perbuatan maksiat tetap dilakukannya. Misalnya masih berghibah, tidak menutup aurat ketika keluar rumah, tidak ghadul bashar, dsb. Inilah puasa orang awam. Pada umumnya, mereka mendefenisikan puasa sebatas menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa secara dzahir.
2. Berbeda dengan tingkatan kedua, yaitu puasanya orang-orang shalih. Mereka lebih maju dibandingkan orang awam, sebab mereka paham bahwa puasa tidak hanya menahan lapar dan haus, tetapi juga menahan diri dari melakukan dosa. Percuma berpuasa, bila masih terus melakukan maksiat. Karenanya, kelompok ini menilai maksiat menjadi pembatal puasa.
Maka mereka akan :
– Ghadul bashar / menjaga pandangan dari hal yang tidak di ridlai-Nya
– Menjaga lisan dari segala penyakitnya
– Menjaga pendengaran dari apa² yang tidak bermanfaat
– Menjaga seluruh anggota badan agar senantiasa ta’at
– Menyedikitkan (tidak berlebihan) ketika berbuka. Sebab sekalipun makanan itu halal namun jika berlebihan, analoginya seperti membuka palang aliran sungai, maka ia akan jebol dan membuka peluang setan serta nafsu untuk masuk.
Imam al-Ghazaliy menyampaikan dalam kitabnya Ihya ‘Ulumuddin, “Barangsiapa yang memenuhi hati dan dada dengan makanan maka akan terhijab (terhalang) dari Lailatul Qadr.”
– Tetapkan dalam hati dengan sifat Roja’ dan Khauf
3. Tingkatan ketiga adalah Shaumu Khususil Khusus (paling istimewa) yaitu mereka yang puasanya selain menahan lapar dan haus dan menahan diri untuk tidak bermaksiat, juga memfokuskan pikirannya untuk selalu mengingat Allah Subhaanahu wa Ta’alaa.
Bahkan, pikiran selain Allah Subhaanahu wa Ta’alaa dan pikiran terhadap dunia dianggap merusak dan membatalkan puasa. Artinya ketika pikiran dan hati mereka sedikit saja tergelincir dari mengingat Allaah ‘Azza wa Jalla, mereka menganggap puasanya batal.
Inilah puasa yang dijalankan para Nabi dan Rasul, serta para kekasihnya (wali) Allaah Ta’alaa.
Demikianlah, meski sama jenisnya manusia dan tampak serupa berpuasanya, tapi berbeda dalam hal kualitas dan tentu saja pahalanya. Itu makanya mengapa terhadap amalan puasa Allaah sendiri yang akan membalas langsung pahalanya. Inilah asbab dasarnya. Pola sikap dan pola fikir berpuasanya berbeda…
Allaahu Ta’alaa A’lam bish-Shawwab. []
[Ditulis oleh Iit S., dan tulisan diambil dari sima’an kajian online “Madrasah Ramadhaniyah” Islamic Teaching Qurân & Sunnah (ITQAN) pada tanggal 06 Ramadlan 1441 H, dengan kitab “Maqashidush-Shaum” yang disampaikan oleh al-Ustadz Usep Mursadat Lc. ]
Kirim RENUNGAN Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word