Oleh: Kunthi Mandasari
kunthimanda@gmail.com
RAMADHAN merupakan bulan yang penuh kemuliaan. Pada bulan inilah Al-Quran diturunkan. Sebuah kitab suci yang menjadi salah satu mukjizat paling istimewa untuk nabi Muhammad saw. Karena kemukjizatan Al-Qur’an tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Salah satunya bisa menjadi syafaat di akhirat kelak.
Al-Qur’an diturunkan untuk menjadi pedoman hidup manusia. Kandungan isi Al-Qur’an berisi petunjuk bagi umat manusia untuk memperoleh keselamatan, kebahagiaan dan keridhaan Allah Swt. Termaktub lengkap tentang bagaimana manusia menghadapi kehidupan. Mulai urusan pribadi, bermasyarakat hingga bernegara.
Semua diatur oleh Allah Swt. selaku pencipta manusia yang lebih mengetahui seluk beluk manusia itu sendiri. Allah Swt. berfirman yang artinya: “Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu, dan pembeda (antara yang haq dan yang batil)…..”. (QS. al-Baqarah [2]: 185).
Imam Al-Qurthubi di dalam tafsirnya menjelaskan, bahwa Al-Quran sebagai petunjuk memiliki makna Al-Quran secara keseluruhan jika dikaji dan diteliti secara mendalam, akan menghasilkan hukum halal dan haram, nasihat-nasihat, serta hukum-hukum yang penuh hikmah.
Al-Hafidz Al-Suyuthi juga menjelaskan, bahwa Al-Quran mengandung petunjuk yang dapat menghindarkan seseorang dari kesesatan, ayat-ayatnya sangat jelas serta berisi hukum-hukum yang menunjukkan seseorang kepada jalan yang benar.
Oleh karenanya, bagi orang-orang beriman tidak ada pilihan lain kecuali meyakini, mengimani dan mengamalkan Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sebagai konsekuensi atas keimanannya.
Sebagai kaum yang beriman kita wajib selalu berinteraksi dengannya. Agar senantiasa berada di jalan yang lurus. Bahkan sejarah telah mencatat, bahwa kejayaan umat Islam berbanding lurus dengan tingkat interaksi mereka dengan Al-Qur’an. Jika interaksi mereka dengan Al-Qur’an tinggi, maka kejayaan, kesuksesan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat pasti menjadi milik mereka. Namun hal itu juga berlaku sebaliknya.
Meskipun begitu masih ada banyak orang yang mengabaikan keberadaan Al-Qur’an. Tidak mengimani keberadaannya, mengabaikan hukum-hukum di dalamnya serta mencari jalan selain Al-Qur’an. Mereka menolak isi dan aturan yang ada dalam Al-Qur’an. Mengatakan Al-Qur’an tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman. Menistakan isi Al-Qur’an. Bahkan yang lebih miris Al-Qur’an dituduh mengekang kebebasan. Tindakan semacam ini merupakan tindakan yang lancang kepada Allah Swt. selaku pencinta alam semesta.
Padahal mencampakkan Al-Qur’an merupakan dosa besar. Bahkan Allah Swt. mencela orang-orang yang melakukan perbuatan ini. Lantas ketika Allah Swt. sebagai pencipta merasa benci, bagaimana akhir kehidupan kita nanti? Ada sejumlah bahaya yang bisa mengancam jiwa. Seperti yang kabarkan dalam penggalan beberapa ayat Al-Qur’an seperti surah al-An’am ayat 125, surah Taha ayat 124, surah al-Hajj ayat 46, surah al-Haddid ayat 16 dan masih banyak ayat lainnya.
Pantas saja akibat pengabaian Al-Qur’an in, umat manusia kini mengalami krisis multidimensional. Mulai dari kemiskinan, kebodohan, kedzaliman, kemerosotan moral, ketidak adilan sejumlah masalah lainnya.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman: “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. ar-Rum 30: Ayat 41)
Oleh karenanya, agar kita terhindar dari bahaya akibat mencampakkan Al-Qur’an, kita harus senantiasa berinteraksi dengan Al-Qur’an. Keberadaan bulan Ramadhan ini bisa menjadi momentum untuk membumikan Al-Qur’an. . Wallahu’alam bishshawab. []
Kirim RENUNGAN Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word