TANYA: Bolehkah menampakan kegembiraan dan suka cita di hari raya Idul Fitri, Idul Adha, malam 27 Rajab, malam nisfu Sya’ban dan hari Assyura?
JAWAB: Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin menjelaskan bahwa apabila yang demikian dilakukan pada Idul Fitri/ Idul Adha maka boleh selama dalam batasan-batasan syari’at. Seperti bersuka cita dengan hidangan makan dan minum sebagaimana sabda Nabi (yang artinya) : “Hari-hari Tasyrik adalah hari hari makan dan minum serta dzikrulloh.” Yaitu tiga hari setelah Idul Adha menikmati nikmat Allah azza wa jalla. Demikian juga Idul Fitri selama dalam batasan batasan syar’i.
BACA JUGA: Tradisi Khas Ramadhan dan Idul Fitri di Era Ottoman
Adapun pada malam 27 Rajab, Malam niysfu Sya’ban, hari Asy syura maka tidak boleh merayakan/ memperingatinya dengan kegembiraan sebagaimana sabda Nabi (yang artinya): “Berhati-hatilah kalian dengan perkara baru dalam agama, sesunguhnya setiap bid’ah (perkara baru) dalam agama adalah sesat.“
Kemudian, anggapan malam 27 Rajab adalah malam isra mi’rajnya Nabi Muhammad adalah tidak benar dalam sejarah Islam. Pun kalau seandainya itu benar, maka tidak boleh dirayakan sebagaimana ‘ied dan dirayakan dengan ibadah, karena yang seperti ini tidak pernah ada pada zaman Nabi. Adapun hari Asy syura’ yang dianjurkan adalah berpuasa pada hari itu. Puasa pada hari itu dikatakan oleh Nabi: “menghapuskan dosa dosa tahun sebelumnya”.
Nabi pun memerintahkan agar berpuasa sehari sebelum dan sesudah puasa Asy syura dalam rangka menyelisihi Yahudi yang hanya berpuasa pada hari Asy syura saja. []
SUMBER: QURANDANSUNNAH