SETELAH selesai pembebasan Makkah, suatu hari, Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam mengutus Khalid bin Walid sebagai dai dan bukan sebagai tentara. Khalid bin Walid berangkat menunaikan tugasnya ditemani oleh beberapa kabilah Arab; antara lain kabilah Sulaim bin Manshur dan kabilah Mudlij bin Murrah. Khalid bin Walid tiba di Bani Jadzimah bin Amir bin Abdu Manat bin Kinanah. Pada saat kabilah Bani Jadzimah melihat kedatangan Khalid bin Walid, mereka mengambil senjata. Khalid bin Walid berkata, “Turunkanlah senjata kalian, karena orang-orang telah masuk Islam.”
Pada saat Khalid bin Walid meminta mereka meletakkan senjata, salah seorang dari mereka bernama Jahdam, berkata, “Wahai Bani Jadzimah celakalah kalian, dia adalah Khalid. Demi Allah, yang akan terjadi setelah peletakan senjata hanyalah penawanan dan pembunuhan. Demi Allah, aku tidak akan meletakkan senjata selamanya.”
BACA JUGA: Manajemen Pasukan Khalid bin Walid
Kemudian Jahdam dipegang oleh beberapa orang dari kaumnya dan mereka berkata padanya, “Wahai Jahdam, apakah engkau hendak menumpahkan darah kami? Sesungguhnya orang-orang telah masuk Islam, meletakkan senjata, menghentikan perang, dan telah merasa aman.”
Itulah yang terjadi hingga mereka merebut senjata Jahdam dan meletakkannya atas perintah Khalid bin Walid. Ketika orang-orang Bani Jadzimah meletakkan senjata, Khalid bin Walid menyuruh mereka meletakan kedua tangan di atas pundak dan kemudian Khalid bin Walid mengacungkan pedangnya lalu membunuh orang-orang yang memberontak diantara mereka. Saat berita tentang kejadian ini sampai kepada Rasulullah, beliau mengangkat tangan ke langit, seraya berdo’a, “Ya Allah, aku berlepas diri kepada-Mu dari perbuatan Khalid bin Walid.”
Ibnu Hisyam menuturkan: Beberapa ulama meriwayatkan kepadaku dari Ibrahim bin Ja’far Al-Mahmudi, ia berkata bahwa Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Aku bermimpi makan sepotong roti haits (kurma yang dicampur mentega) dan merasakan kelezatannya, namun tiba-tiba sebagian makanan tersebut berhenti di tenggorokanku, kemudian Ali bin Abu Thalib memasukkan tangannya dan mengeluarkan makanan yang menyumbat tersebut.” Abu Bakar Ash-Shiddiq berkata, “Wahai Rasulullah, salah satu dari pasukan yang engkau kirim mendatangkan kabar yang menyenangkanmu dan pasukan lainnya mendatangkan hambatan, oleh karena itu, utuslah Ali untuk menyelesaikan hambatan tersebut.”
Salah seorang dari Bani Jadzimah melarikan diri kemudian menemui Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam dan melaporkan kejadian itu kepada beliau. Beliau bersabda, “Apakah ada orang yang menentang tindakan Khalid?”
Orang tersebut menjawab, “Iya ada. Tindakan Khalid bin Walid tersebut ditentang orang yang kulitnya putih dan tingginya sedang, namun ia dibentak oleh Khalid bin Walid kemudian orang tersebut diam. Tindakan Khalid bin Walid juga ditentang orang lain yang tinggi dan kurus. Kedua orang itu terus menentang sehingga terjadi perselisihan sengit.”
Umar bin Khaththab berkata, “Wahai Rasulullah, orang pertama adalah anakku, Abdullah bin Umar, sedang orang kedua adalah Salam mantan budak Abu Hudzaifah.”
Kemudian Rasulullah memanggil Ali bin Abu Thalib lalu bersabda, “Wahai Ali, berangkatlah ke Bani Jadzimah, lihatlah masalah mereka, dan letakkan urusan jahiliyah di bawah kedua kakimu.”
Ali bin Abu Thalib pun berangkat dan tiba di Bani Jadzimah dengan membawa harta yang dikirim Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam. Ali bin Abu Thalib memberi diyat (ganti rugi) atas darah mereka dan kekayaan mereka, hingga memberi diyat (ganti rugi) atas tempat minum anjing milik mereka yang rusak. Seluruh darah dan kekayaan diberi diyat oleh Ali bin Abu Thalib hingga harta yang dibawanya hanya tersisa sedikit saja.
Kemudian Ali bin Abu Thalib berkata kepada mereka, “Apakah ada darah dan kekayaan kalian yang lain yang belum diberi diyat.”
Mereka menjawab, “Tidak ada.”
Ali bin Abu Thalib berkata, “Sisa harta ini aku berikan kepada kalian sebagai wujud kehati-hatian Rasulullah atas apa yang tidak beliau ketahui dan tidak kalian ketahui.”
Lalu Ali bin Abu Thalib menyerahkan sisa harta tersebut kepada mereka, kemudian pulang menghadap Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam dan melaporkan kepadanya atas apa yang ia telah lakukan.
Kemudian Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Engkau bertindak benar dan baik.”
Setelah itu, beliau berdiri menghadap kiblat, mengangkat kedua tangannya hingga tampak ketiaknya, lalu berkata, “Ya Allah, aku berlepas diri kepada-Mu dari apa yang diperbuat Khalid bin Walid.” Rasulullah mengucapkannya sebanyak tiga kali.
Sebagian orang membela Khalid bin Walid dengan berkata bahwa Khalid bin Walid berkata: Aku memerangi mereka karena disuruh oleh Abdullah bin Hudzafah As-Sahmi yang berkata bahwa Rasulullah memerintahkanmu memerangi mereka sebab mereka menolak masuk Islam.
Ibnu Hisyam berkata: Abu Amr Al-Madani berkata bahwa ketika orang-orang Bani Jadzimah didatangi Khalid bin Walid, mereka berkata, “Kami telah mengganti agama kami, kami telah mengganti agama kami.”
Ibnu Ishaq juga menceritakan: Jahdam berkata kepada Bani Jadzimah saat ia melihat mereka menurunkan senjata dan melihat tindakan Khalid bin Walid terhadap mereka, “Wahai orang-orang Bani Jadzimah. Apa yang kalian alami saat ini, sebelumnya telah aku peringatkan kepada kalian.”
BACA JUGA: Keikhlasan Khalid bin Walid saat Dipecat dari Panglima Militer
Khalid bin Walid berbicara dengan Abdurrahman bin Auf. Lalu Abdurrahman bin Auf berkata, “Wahai Khalid, engkau telah melakukan tindakan jahiliyah dalam Islam.”
Khalid bin Walid berkata, “Aku membalas dendam atas kematian ayahmu.”
Abdurrahman bin Auf berkata, “Engkau berdusta. Karena aku telah membunuh pembunuh ayahku dan engkau hanyalah membalas dendam atas kematian pamanmu, Al-Fakih bin Al-Mughirah.”
Demikianlah yang terjadi hingga perbincangan keduanya meruncing. Hal tersebut didengar oleh Rasulullah, lalu beliau bersabda, “Pelan-pelan wahai Khalid dan biarkan sahabat-sahabatku. Demi Allah, andai engkau memiliki emas sebesar gunung Uhud, lalu engkau menginfakkannya di jalan Allah, niscaya engkau tidak akan mampu menyamai pahala salah seorang sahabatku di pagi atau di sore hari.” []
Referensi: Sirah Nabawiyah perjalanan lengkap Kehidupan Rasulullah/ Asy Syaikh Al Muhaddits Muhammad Nashiruddin Al Albani/ Akbar Media