ENAM pohon kurma di Gurun Yudea, dekat kota Yerusalem, berhasil tumbuh dari biji yang berusia lebih dari 2.000 tahun. Fenomena langka ini tentu sangat mengejutkan. Benih-benih kurma berusia sekitar 1.800 hingga 2.200 tahun ini ditemukan para peneliti dari Hadassah Medical Center, Sarah Sallon, di dekat Laut Mati
Beberapa spesimen kuno itu memang ditemukan dalam kondisi yang buruk. Namun terdapat 34 buah benih yang masih cukup baik. Sebanyak 34 buah benih itu pun direndam dalam air, hormon, dan pupuk cair.
BACA JUGA: Hasil Penelitian Ungkap Kurma Kesukaan Nabi Berkhasiat Cegah Kanker
Usaha tersebut ternyata membuahkan hasil. Sebanyak enam dari 34 benih berhasil tumbuh menjadi kecambah dan akhirnya menjadi pohon kurma yang sehat.
Biji-biji itu membutuhkan waktu sekitar beberapa bulan untuk tumbuh. Peneliti menyebut bahwa ukuran pohon kurmanya berukuran lebih besar 30 persen dari pohon kurma modern.
“Sangat luar biasa memahami bahwa peneliti berhasil menumbuhkan benih setia itu,” ujar Oscar Alejandro Pérez-Escobar dari Royal Botanic Gardens di Inggris, dikutip dari Mongabay.
Petani kurma diharapkan dapat terbantu oleh penelitian ini. Pasalnya, pertanian kurma harus terus beradaptasi terhadap perubahan iklim dan hama.
“Benih-benih kurma ini bisa mewakili hilangnya keragaman genetik yang tidak dapat kita lihat lagi di era saat ini,” lanjut Pérez-Escobar.
Kurma hasil dari biji pohon berusia sekitar 2.000 tahun ini disebut memiliki rasa yang manis dan bisa dijadikan obat. Kurma dari Gurun Yudea memang terkenal pada masanya hingga bisa diekspor hingga seluruh daerah Kekaisaran Romawi kuno.
Pertanyaan yang masih coba dijawab para ilmuwan adalah tentang bagaimana biji-biji tersebut bisa tetap hidup selama ribuan tahun.
BACA JUGA: 8 Manfaat Kurma, Baik untuk Kesehatan Jantung dan Otak
Penulis utama dari penelitian ini, Sarah Sallon, menduga daerah Laut Mati yang merupakan tempat terendah di Bumi menjadi penyebabnya. Lapisan atmosfer di tempat tersebut menjadi sangat tebal sehingga dianggap bisa melindungi biji dari radiasi kosmik.
“Posisi rendah, panas, dan kering, semua itu memengaruhi umur dari embrio,” ungkap Sallon, dalam artikel yang dipublikasikan di jurnal Science Advances. “Ukuran biji yang tidak biasa juga memainkan peran.”
“Semakin banyak materi genetik, semakin besar kemungkinan untuk tetap utuh,” tutup Sallon. []
SUMBER: KUMPARAN