Oleh : Muhamad Hilmi Rasyad
rasyadhilmi1453@gmail.com
Hari Terakhir Kehidupan Rasulullah SAW
ANAS bin Malik meriwayatkan, ketika kaum muslimin sedang melaksanakan shalat shubuh dan diimami oleh Abu Bakar, Rasulullah SAW tidak muncul. Beliau hanya menyibakan tirai jendela dan hanya melihat kaum muslimin yang sedang membuat shaf untuk shalat. Bibir beliau menyeringai menyunggingkan senyuman.
Sementara itu, Abu Bakar bergerak ke belakang hendak mensejajarkan dirinya dengan shaf pertama, karena mengira Rasulullah datang untuk shalat bersama mereka.
Anas menuturkan bahwa kaum muslimin yang sedang shalat hendak menghentikan shalatnya karena gembira melihat beliau, tetapi kemudian beliau memberi isyarat dengan tangan agar mereka melanjutkan shalatnya. Kemudian beliau menutup kembali tirai dan kembali ke dalam. Setelah itu, beliau tidak bertemu lagi dengan waktu shalat.
Pada saat waktu dhuha, Rasulullah SAW memanggil putrinya, Fathimah. Pada daun telinganya beliau membisikan sesuatu, bisikan itu membuat Fathimah meneteskan air mata. Setelah itu, beliau kembali memanggilnya agar mendekat, lalu beliau membisikan sesuatu di daun telinganya, kali ini bisikan itu membuat Fathimah tersenyum.
Di kemudian hari kami menanyakan hal tersebut kepada Fathimah, dia menjawab, “Beliau berbisik bahwa beliau akan meninggal dunia dan itu membuat aku menangis, kemudian beliau berbisik bahwa aku adalah keluarga beliau yang pertama yang akan menyusul beliau, maka aku pun tersenyum.”
Fathimah dapat merasakan penderitaan yang amat berat pada diri beliau sehingga dia berkata, “Alangkah menderitanya engkau, wahai Ayah.”
Kemudian memanggil Hasan dan Husain, lalu beliau memeluk kedua cucunya itu seraya memberikan nasihat kebaikan bagi mereka. Selanjutnya, beliau mendoakan istri-istri beliau, tidak tertinggal nasihat dan ingatan bagi mereka semua.
Rasa sakit beliau semakin memuncak dan terasa semakin berat. Nampaknya pengaruh racun yang pernah beliau cicipi saat di Khaibar, yaitu racun yang disusupkan seseorang wanita yahudi kedalam daging yang beliau cicipi, menambah parah sakit yang beliau derita. Beliau bekata, “Wahai ‘Aisyah, rasanya aku masih merasa sakit akibat dari racun yang aku cicipi pada makanan waktu di Khaibar. Mungkin inilah saatnya aku merasakan bagaimana terputusnya nadiku, karena racun itu.”
Dalam kondisi seperti itu beliau masih menasihatkan kepada orang-orang, “Shalat, shalat, serta hamba sahaya yang kalian miliki.” Beliau menyampaikan wasiat itu hingga berulang kali, maksudnya adalah agar manusia memperhatikan dua hal tersebut.
Detik-Detik Terakhir Kehidupan Rasulullah Saw
Detik-detik terakhir sudah menjelang. ‘Aisyah mendekap tubuh beliau. ‘Aisyah menceritakan peristiwa yang memilukan itu.
“Salah satu dari nikmat Allah bagiku adalah bahwa Rasulullah SAW wafat di rumahku, di hari giliranku sehingga pada saat terakhir itu beliau berada dalam pelukan. Allah telah menyatukan ludahku dengan ludah beliau saat detik-detik akhir dari kehidupan beliau.
Abdurrahman bin Abu Bakar masuk ke dalam sambil membawa siwak di tangannya. Saat itu, aku masih memeluk tubuh beliau. Aku melihat pandangan beliau melirik kepadanya. Aku tahu betul bahwa beliau amat senang di bersiwak. Aku berkata lirih kepada beliau,
“Apakah engkau ingin aku mengambilkannya?”
Kepala beliau mengangguk pertanda setuju. Aku mengambilnya, lalu menggosokannya ke mulut beliau. Karena aku merasa gosokanku terlalu keras, maka aku berkata pada beliau,
“Apakah aku harus memelankan gosokannya?”
Beliau kembali menganggukan kepala mengiyakan. Dengan sangat pelan aku menggosokan siwak itu. Saat itu ada sebejana air di dekat tangan beliau, beliau mencelupkan tangannya lalu mengusapkannya ke wajah beliau, kemudian berkata lirih,
“Tidak ada illah selain Allah. Sesungguhnya bagi kematian itu ada sekaratnya…”1
Selain itu, setelah bersiwak, beliau mengangkat tangannya yang lemah, terlihat jari jemarinya bergerak. Pandangannya tertancap ke arah langit-langit rumah, perlahan-lahan kedua bibir beliau bergerak, ‘Aisyah masih dapat mendengar apa yang beliau ucapkan, “Bersama dengan orang-orang yang engkau anugerahi nikmat, yaitu mereka dari para nabiyyin, shadiqiin, syuhada dan shalihin. Ya Allah, ampunilah dosaku, dan rahmatilah aku. Pertemukanlah aku dengan Kekasih Yang Maha Tinggi, pertemukanlah aku dengan Kekasih Yang Maha Tinggi.”
Beliau mengucapkan kalimat terakhir sebanyak tiga kali. Tangannya semakin lemah, kemudian terkulai, dan…..Innalillahi wa inna ilaihi raaji’un.
Beliau telah kembali ke pangkuan Kekasih Yang Maha Tinggi.
Peristiwa yang memilukan itu terjadi pada saat waktu dhuha mulai terasa panas, bertepatan dengan hari kelahiran beliau, yaitu hari senin tanggal 11 Rabiul Awwal tahun 12 H. Beliau wafat pada usia 63 tahun lebih empat hari. []
1- lihat shahih Bukhari, Bab sakit Nabi SAW, ll/640
Sumber: Shahih Sirah Nabawiyah, karya Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfury
Kirim tulisan Anda yang sekiranya sesuai dengan Islampos lewat imel ke: redaksi@islampos.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word, ukuran font 12 Times New Roman. Untuk semua tulisan berbentuk opini, harap menyertakan foto diri.