NAD–Nelayan Aceh diketahui menyelamatkan hampir 100 pengungsi Rohingya, termasuk 79 perempuan dan anak-anak, setelah para pejabat setempat mengatakan mereka berencana untuk mendorong para pengungsi kembali ke laut.
Kejadian yang berlangsung pada pekan lalu itu tersiar di media sosial. Reuters melaporkan, gambar-gambar dari sebuah pantai di Seunuddon menunjukkan orang-orang dari komunitas setempat menarik perahu Rohingya ke pantai dan membantu membawa anak-anak kurus ke darat.
Warganet hingga berbagai organisasi internasional memuji aksi para nelayan Aceh tersebut.
Pengungsi Rohingya yang telah ditemukan oleh nelayan pada 21 Juni 2020 itu diketahui sempat ditolak kehadirannya oleh pemerintah setempat karena kekhawatiran terkait pandemi virus corona.
Komandan Korem 011/Lilawangsa, Kolonel Infantri Sumirating Baskoro yang diwawancarai oleh BBC Indonesia pada (24/6/2020) menjelaskan, otoritas Indonesia telah memberikan bantuan logistik kepada para pengungsi Rohingya. Selepas itu, kata Sumirating, kapal yang membawa pengungsi Rohingya tersebut akan didorong dibawa ke luar area NKRI.
BACA JUGA: PM Muhyiddin Yassin: Malaysia Tak Bisa Lagi Tampung Pengungsi Rohingya
“Jadi, bantuan sementara untuk menolong mereka. Kemudian, saat ini mereka sudah dijaga oleh personel polisi air. Setelah itu, mereka akan didorong keluar dari wilayah NKRI dikawal oleh kapal dari Lanal (Pangkalan Angkatan Laut),” ungkap Sumirating.
Pihak berwenang di Aceh mengkonfirmasi bahwa para pengungsi telah dibawa ke darat pada Kamis (25/6/2020) dan menyediakan perumahan sementara. Para nelayan telah menyelamatkan mereka pada awal pekan (21/6/2020) saat kapal mereka hampir tenggelam di lepas pantai, tetapi para pejabat mengatakan mereka berencana untuk mendorong mereka kembali ke laut dengan perahu, bensin dan makanan baru.
Pemerintah setempat akhirnya menyerah setelah protes dari nelayan setempat.
Salah seorang warga Aceh, Aples Kuari, mengatakan telah bicara dari hati ke hati dengan para pengungsi. Mereka mengaku ditolak di mana-mana dan tidak ada yang mau menerima.
“Di Malaysia, mereka ditolak, di mana-mana mereka ditolak. Hanya di Aceh, mereka diterima,” ungkap Aples.
Seorang nelayan Aceh lainnya mengatakan kepada Reuters bahwa menyelamatkan Rohingya adalah tugas moral.
“Itu tidak lebih dari rasa kemanusiaan dan bagian dari tradisi kami di komunitas nelayan Aceh utara,” kata nelayan lokal Hamdani Yacob di dekat kota Seunuddon di Aceh utara, “Kami berharap bahwa para pengungsi akan dirawat di desa kami.”
“Jika pemerintah tidak mampu, kami masyarakat akan membantu mereka, karena kami adalah manusia dan mereka (para pengungsi Rohingya) adalah manusia juga dan kami memiliki hati,” kata nelayan setempat lainnya, Syaiful Amri.
Sikap nelayan Aceh ini menuai pujian dari warganet dan dunia internasional. Media Al Jazeera yang bermarkas di Qatar bahkan menyebut perilaku nelayan Aceh sebagai “kemanusiaan terbaik.”
Sementara, dalam keterangan tertulisnya, Direktur Eksekutif organisasi Amnesty International Indonesia, Usman Hamid mengatakan kabar dari Aceh sangat melegakan dan menunjukkan betapa masyarakat setempat sangat menjunjung tinggi nilai solidaritas.
“Mereka juga sangat menghormati hak asasi pengungsi Rohingya yang selama ini terabaikan,” kata Usman seperti dikutip dari situs Amnesty Internasional Indonesia pada (26/6).
Tetapi, upaya untuk melindungi para pengungsi Rohingya tidak terhenti sampai di situ. Pemerintah pusat, kata Usman, seharusnya juga mendukung apa yang telah diinisiasi oleh nelayan Aceh.
“Setelah melalui perjalanan laut yang berbahaya dengan kondisi kelaparan, mereka butuh tempat untuk berlindung. Pandemik COVID-19 seharusnya menjadi faktor pendorong bagi otoritas Indonesia untuk menyediakan kebutuhan dasar bagi pengungsi seperti makanan, layanan kesehatan dan tempat tinggal sementara,” ujarnya lagi.
BACA JUGA: Sultan Johor Minta Aparat Usut soal Spanduk Anti-Rohingya yang Viral
Ia mewanti-wanti etnis Rohingya adalah kelompok rentan yang justru diperlakukan secara sadis oleh otoritas di negaranya yakni Myanmar.
Sementara, melalui keterangan tertulis, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan para pengungsi etnis Rohingya sudah ditampung di bekas kantor imigrasi Lhoksemauwe, Aceh. Fokus utama Pemerintah Indonesia kini yaitu pemenuhan kebutuhan dasar, pemberian tempat penampungan sementara dan pelayanan kesehatan.
“Hal-hal tersebut dilakukan dengan memastikan berlakunya protokol kesehatan guna mencegah virus COVID-19 di kalangan migran etnis Rohingya,” kata Retno di situs resmi Kemenlu pada Jumat (26/6/2020).
Pemerintah pusat dan pemda bekerja sama dengan organisasi PBB untuk pengungsi UNHCR serta IOM segera melakukan upaya penanganan lebih lanjut. Otoritas Indonesia juga tengah menyelidiki kemungkinan adanya unsur penyelundupan sehingga migran ireguler menjadi korban.
“Penyelundupan manusia adalah kejahatan yang harus dihentikan dan memerlukan kerja sama kawasan dan internasional,” ujar Menlu perempuan pertama di Indonesia itu. []
SUMBER: REUTERS | BBC | IDN TIMES