Oleh: Fitri Sumantri
Blogger & Aktivis Dakwah
fitrisumantri21@gmail.com
DI tengah wabah yang kian hari kian menjamurnya korban, serta segelumit persoalan yang tak kunjung selesai. Seperti, krisis ekonomi, naiknya iuran kesehatan (BPJS), meningkatkan kasus perceraian serta kekerasan dalam rumah tangga, maraknya penculikan anak, persoalan remaja, yang harus belajar di rumah melalui sistem daring. Tambah lagi persoalan virus baru yang ditemukan di jamur Enoki buatan Korea.
Remaja yang di harapkan kelak mampu merubah masa depan. Para pemuda Islam yang kelak akan menjadi pejuang Islam, justru kini mereka ikut terjebak dengan aplikasi tiktok yang justru merusak generasi.
Dengan di berlakukan nya sistem daring, tentu mereka mempunyai banyak kuota internet. Seharusnya, kuota internet itu di manfaatkan untuk sesuatu yang positif. Seperti belajar dan mengshare ilmu-ilmu Islam. Atau menjadi konten kreator yang menyebarkan kebaikan di tengah umat. Namun, kenyataan yang terjadi justru kuota internet itu digunakan untuk tik-tokkan.
Senin, 15 Juli 2020 seorang pelajar SMP meninggal, kesetrum saat mengambil henphonya yang terjatuh di antara kabel listrik diatas rumah 2 lantai. Saat bermain tik-tok bersama 3 orang temannya. Korban meninggal di tempat, dengan kulit gosong hangus terbakar.
Betapa pilunya hati orang tua melihat anak kesayangannya meninggal dalam keadaan mengenaskan.
Seharusnya, dengan diberlakukan belajar dari rumah, membuat setiap anak menjadi lebih dekat dengan anggota keluarga lainnya. Terutama dengan orang tua. Yang terjadi justru aplikasi tiktok ternyata lebih di gemari dari pada bercerita panjang dengan orang tua.
Eksistensi dan ingin di kenal oleh banyak orang ternyata menjadi sesuatu yang lebih penting. Bahkan tidak lagi mementingkan keselamatan diri. Asal viral apa saja boleh. Demi followers banyak apapun dilakukan, sungguh memilukan.
Hal tersebut terjadi tentu tidaklah lepas dari salahnya pemahaman para remaja kita terhadap kehidupan. Tujuan hidup yang tidak berlandaskan Islam membuat mereka melakukan segala sesuatu semau-maunya, sesuai kehendak hati mereka. Apalagi demi eksistensi diri, untuk menjadi terkenal. Agar punya banyak uang, atau sekedar mendapatkan pujian dari banyak orang.
Padahal Allah telah berfirman dalam surat adz-zhariyad ayat 56. Yang artinya ” aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-KU” (QS.Ad-Zariyad: 51 ayat 56).
Ternyata, Allah SWT menciptakan kita kedunia ini tidaklah untuk menjadi terkenal, atau mendapat pujian semata. Tapi Allah menciptakan kita adalah untuk beribadah kepada-Nya. Maka seharusnya yang kita lakukan, menjalani setiap perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Bukan malah berlaku sebaliknya. []
Kirim tulisan Anda yang sekiranya sesuai dengan Islampos lewat imel ke: redaksi@islampos.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word, ukuran font 12 Times New Roman. Untuk semua tulisan berbentuk opini, harap menyertakan foto diri.  Isi tulisan di luar tanggung jawab redaksi.