Oleh: Widianingsih,
Pakar Parenting, Penulis Buku Memeluk Buah Hati seperti Rasulullah
“THANKS ya Beb, udah perhatian banget sama istri ngasih kejutan Ulangtahun”, kicau temannya di medsos.
“Ayang, titidije ya, makasih banget bunganya, sama waktunya udah nyempetin nganter istrimu ini shoping“, tulis teman lainnya.
“Aku bahagia banget cinta, punya suami kayak kamu yang selalu memberi hadiah istimewa saat anniversary pernikahan kita”, tak kalah teman lain ungkap hal serupa.
Ia termenung. Suaminya begitu menyebalkan. Teman lain beruntung punya suami yang romantis. Setiap saat upload foto bersama. Mereka nampak bahagia. Sedangkan ia hanya memandangi tumpukan baju kusut siap setrika menggunung dihadapannya.
Ingin rasanya berteriak. Suaminya begitu buruk dibenaknya. Ia tak pernah sekalipun merasakan diperhatikan sedemikian heboh seperti yang ditulis rekan rekannya.
Ia menghela nafas. Namun tetap melanjutkan sisa pekerjaan yang menantinya sedari tadi. Walaupun ia merasa menjadi istri yang paling tak bahagia, tapi ia tetap menjalankan kewajibannya.
Mungkin bukan hanya ia yang mengalami hal itu. Sedih, merasa tak beruntung, malah merasa bernasib buruk memiliki suami yang tak bisa seromantis suami temannya.
Tapi apakah rumah tangga akan bahagia hanya jika memiliki suami romantis? Saya jadi teringat salah satu film Korea yang berjudul “Marriage not Acting”. Pasangan suami istri dalam cerita itu selalu upload foto romantis, berduaan, jalan-jalan, makan-makan, semuanya dibagikan di media sosial.
Semua keluarga maupun teman ngiri atas pernikahan mereka. Seolah-olah pasangan ini adalah pasangan paling romantis di zamannya. Namun tahu kah teman, itu semua hanya akting. Setiap saat pasangan ini kerap berseteru, bahkan parahnya masing- masing mencintai orang lain.
Jadi, apakah rumah tangga akan bahagia jika suami atau istri romantis? Belum tentu. Karena menikah bukan hanya urusan apakah pasangan ingat tanggal pernikahan atau tanggal lahir pasangan. Ataukah bahkan mungkin kita menikah hanya ingin punya supir pribadi yang siap antar kemana saja istri mau pergi?. Bukan, bukan seperti itu kawan.
Pernikahan akan bahagia hanya jika suami atau istri mencintai pasangan dengan segala kelebihan dan kekurangan. Tentu, bukan cinta karena fisik belaka, atau bahkan cinta uang semata. Karena itu semua ada masanya.
Memiliki suami atau istri tak romantis bukan akhir sebuah pernikahan. Coba renungkan, saat kita kecewa atau sedih, bayangkan betapa suami atau istri memiliki banyak kelebihan juga kebaikan yang membuat hati jatuh cinta.
Masihkah mengeluh, berharap pasangan romantis? Stop kawan, karena menikah bukanlah akting, menikah adalah ibadah, yakinlah tak ada yang sia-sia dihadapan Allah. Jika suami atau istri masih taat menjalankan perintah Allah, tetap dijalan yang Allah ridhoi, maka mari berbahagialah. Tak perlu memaksanya mengucap Bebeb, Ay leuv yu, setiap waktu. []