Di kota Mekah ada seorang laki-laki miskin. Ia mempunyai istri yang shalehah, tekun beragama, takut kepada Allah, menunaikan segala perintahNya, dan selalu bersyukur atas nikmat iman.
Pada suatu hari ia dan suaminya merasakan kelaparan. Akan tetapi, tak ada makanan yang bisa mereka makan.
Kemudian laki-laki miskin itu keluar rumah untuk mecari pekerjaan. Namun ia tidak medapatakan pekerjaan. Lalu, ia pergi ke Ka’bah dan berdoa agar diberi pekerjaan dan rezeki.
“Ya Allah Yang Mahapengasih, Mahapemberi rezeki. HambaMu yang lemah ini memohon kepadaMu agar Engkau memberikan hamba dan istri hamba rezeki,” ucap laki-laki miskin penuh khusyu dengan perut yang keroncongan.
Ketika ia bersiap-siap akan pulang setelah selesai shalat, ia menemukan sebuah kantong yang di dalamnya terdapat uang sebesar seribu dinar.
Alangkah gembiranya hatinya. Kemudian ia pulang menemui istrinya dan menceritakan apa yang terjadi.
“Tadi aku menemukan sebuah kantong yang berisi seribu dinar, ketika aku berada di Ka’bah hendak pulang,” ucap laki-laki itu seraya menunjukan kantong berisi seribu dinar.
“Hai Abdullah, kembalikan uang itu ketempat engkau menemukannya. Tanyakan kepada orang-orang, apakah ada yang kehilangan uang? Apabila tidak ada yang memiliki, maka baru uang itu milik kita,” jawab sang istri.
“Baiklah, akan aku kembalikan ketempat aku menemukannya tadi,” ujar laki-laki miskin tersebut.
Kemudian laki-laki itu pergi dan melakukan yang dikatakan istri yang amanah itu.
Telah sampai di Ka’bah laki-laki tersebut mencari siapa pemilik kantong tersebut. Akhirnya, ia mendengar seorang laki-laki bertanya kepadanya, “Mana kantong yang berisi uang seribu dinar itu?”
“Saudara, ini kantong yang berisi uang seribu dinar itu,” jawab laki-laki miskin dengan menunjukan kantong tersebut.
“Kantong itu sekarang menjadi milikmu dan aku tambah lagi sembilan ribu dinar untukmu,” ucap laki-laki tersebut.
“Saudara mengapa kau menghinaku dengan berkata seperti itu?” ucap laki-laki miskin.
“Aku tidak sedang menghinamu. Akan tetapi, aku punya saudara yang memberiku uang sepuluh ribu dinar. Dia berkata kepadaku, ‘Masukan seribu dinar dari uang ini ke kantong dan letakkan di Masjidil Haram. Kemudian serulah kepada khalayak ramai, siapakah yang menenukan uang dalam kantaong itu, apabila ada yang mengembalikan itu dan di dalamnya ada seribu dinar, maka ia adalah orang yang terpercaya.
“Berikanlah Sembilan ribu dianar sisa uang itu padanya, karena dia adalah orang yang amanah. Dan orang yang amanah tersebut akan makan dan bersedekah dengan uang itu, sehingga sedekah kita diterima oleh Allah disebabkan sifat amanah orang itu. Insya Allah’,” demikian penjelasan laki-laki tersebut. []
Referensi: 40 Kisah Pengantar Anak Tidur/Najwa Husein Abdul Aziz/Gema Insani Perss/2006