Oleh: Daud Farma
ulviyeturk94@gmail.com
TERKADANG:
Kita terlalu sibuk dengan diri sendiri. Terlalu menyibukkan diri lebih tepatnya. Sibuk pada urusan-urusan di luar rumah atau menghabiskan waktu dengan orang lain. Sibuk ngantor, sibuk ngajar, sibuk bikin makalah, sibuk skripsi, sibuk ngurusi pacar, sibuk pada gadget, sibuk Tiktok, sibuk Snapgram, sibuk Olshop, nongkrong di warung kopi, menghabiskan waktu bersama teman di cafe, sebagainya dan sebagainya.
Kita lupa pada orang di sekitar, orang yang berada di antara kita, orang yang paling dekat dengan kita, orang yang setiap hari ingin melihat dan mendengar kabar kita, yaitu kedua orang tua.
BACA JUGA:Â Â Aib?
Padahal:
Mereka ingin sekali selalu berada bersama kita, mengahabiskan waktunya bersama kita, ingin membagi cerita, hikmah hidup, bertukar pikiran, berbicara empat mata, mencurahkan nasihat pada kita sebagai anak mereka, memeluk kita, mengelur rambut kita.
Ibu ingin kita kepala kita di pangkuannya, mengelus manja kepala kita, mereka kangen sekali seperti dulunya saat kita masih kecil, selalu berada di pangkuannya.
Setidaknya:
Kita sebagai anak, sesibuk apa pun, sesuper padat apa pun waktu kita, setidaknya kita punya waktu luang untuk mereka. Mencium tangan mereka sehabis pulang kuliah saja pun amat sangat mendinginkan hati mereka, ditambah lagi kebersamaan yang selalu hangat, yang jauh sering bertanya kabar, dan terciptalah kebahagiaan yang mereka nanti-nanti.
BACA JUGA:Â Bukan Romansa Biasa
Sungguh:
Kesenangan orang tua bukan saja pada kesuksesan yang kita dapat, tetapi salah satu kesenangan yang mereka nantikan adalah kebersamaan dan bagaimana cara kita membuat mereka bisa tersenyum bahagia setelah sukses, masih bisa membagi waktu kita untuk mereka, tidak membiarkan mereka kesepian dan sendirian dalam jauh ataupun dekat.
Surga di bawah telapak kaki ibu, bahagia ibu adalah bahagia kita, doanya adalah wasilah penyelamat bagi kita, nasihatnya adalah pedoman bersikap baik, senyumnya adalah segalanya. []
*Darrasah-Kairo, 4 Agustus 2020.