JANJI yang diucapkan kepada siapapun harus ditepati. Jika kita tidak menepati janji itu, berarti kita telah berkhianat. Sebaik-sebaiknya ucapan adalah ucapan yang datang dari Allah dan akan mendapatkan keberkahan dan seburuk-buruknya perkataan itu perkataan yang sangat buruk.
Komitmen terhadap janji pastinya kita harus bisa menerapkannya, bukannya untuk berkhianat. Sedangkan komitmen terhadap janji merupakan masalah yang ditentukan oleh Al-Qur’an.
BACA JUGA: Keteguhan Umat Muslim dalam Perjanjian Hudaibiyah
Salah satu ayat yang membicarakan masalah ini adalah surat Al-Anfal ayat 27. Dalam ayat ini setelah melarang berkhianat kepada Allah dan Rasul-nya, dijelaskan pula tentang khianat yang biasa dilakukan kepada manusia dan terkait masalah ini Allah SWT memperingatkan dan melarang manusia melakukannya.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui,” (QS. Al-Anfal:27).
Dalam sebuah hadits dari imam Baqir as disebutkan bahwa beliau memerintahkan Abu Hamzah Al-Tsumali yang ingin tinggal di Mekkah agar kembali untuk mengembalikan utangnya kepada seorang bermazhab Murijjah yang dari sisi pemikiran bertentangan dengan Islam. Beliau berkata, “Seorang mukmin tidak akan berkhianat.”
BACA JUGA: Wahai Penjual, Aku Sudah Berjanji pada Rasulullah untuk Jujur
Rasulullah SAW telah menegaskan bahwa orang-orang yang tidak bisa menepati janji-janjinya, maka sifat-sifat munafik melekat dalam kepribadiannya. Sedangkan balasan bagi orang munafik adalah neraka.
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka.” (QS. An-Nisa: 145). []
Sumber: 1001 siksa Alam Kubur/ Asan Sani Ar-Rafif/ Penerbit: Kunci Imam, 2014