ISLAM sebagai agama rahmatan lil’alamin menghapus seluruh bentuk kezhaliman yang menimpa kaum wanita dan mengangkat derajat wanita sebagai manusia mulia.
Ukuran kemulian dan ketinggian martabat manusia di sisi Allah adalah ketakwaan, seperti termaktub dalam al-Quran.
“…Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al Hujurat: 13).
BACA JUGA: Adab Memasak yang Harus Diketahui Muslimah
Kemudian Allah juga menegaskan dalam Al Qur’an,
“Barangsiapa yang mengerjakan amalan shalih, baik pria maupun wanita dalam keadaan beriman. Maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan kami beri balasan pula kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 97).
Salah bila ada yang menyatakan bahwa wanita dalam Islam berada dalam posisi yang rendah dibandingkan pria. Al Qur’an telah menegaskan,
“Wahai seluruh manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari pria dan wanita. Dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar Kami jadikan kamu saling mengenal, sesungguhnya yang termulia diantara kamu adalah yang paling bertakwa.” (QS. Al-Hujurat:13).
Ayat ini dengan tegas menunjukkan bahwa Islam menempatkan pria dan wanita dalam posisi yang setara.
Allah juga berfirman,
“Sesungguhnya pria dan wanita muslim, pria dan wanita yang mukmin, pria dan wanita dalam ketaatannya, pria dan wanita yang benar, pria dan wanita yang sabar, pria dan wanita yang khusuk, pria dan wanita yang bersedekah, pria dan wanita yang berpuasa, pria dan wanita yang memelihara kehormatannya, pria dan wanita yang banyak menyebut Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Al-Ahzab: 35).
Dalam ayat ini, semakin tegas bahwa Islam memberikan posisi dan kedudukan yang sama bagi pria dan wanita. Dalam seluruh aspek kehidupan, Islam memberikan kedudukan pria dan wanita pada posisi yang sama.
Dalih emansipasi atau kesamarataan posisi dan tanggung jawab antara pria dan wanita telah marak di panggung moderenisasi. Hal tersebut dimanfaatkan sebagai peluang dan jembatan emas bagi musuh-musuh Islam dari kaum feminis dan aktivis perempuan anti Islam. Tujuan mereka tidak lain adalah untuk menyebarkan opini-opini yang sesat.
Pemberdayaan perempuan, kesetaraan gender, kungkungan budaya patriarkhi adalah propaganda yang tiada henti dijejalkan di benak wanita-wanita Islam. Sehingga emansipasi lebih condong dimaknai sebagai bentuk pembebasan bagi kaum wanita.
BACA JUGA: Mengapa Seorang Muslimah Wajib Berhijab?
Opini-opini sesat yang terbentuk terkait emansipasi wanita, memberikan kesan wanita-wanita muslimah yang menjaga kehormatan dan kesuciannya. Mereka adalah wanita-wanita pengangguran dan terbelakang.
Menutup aurat dengan jilbab kepada yang bukan mahramnya, dikatakan sebagai tindakan kaku dan penghambat kemajuan budaya. Oleh karena itu, agar wanita dapat maju, harus direposisi ke ruang publik yang seluas-luasnya untuk bebas berkarya, berkomunikasi, dan berinteraksi dengan cara seperti kaum pria.
Para pembela kaum wanita, terus menerus mengkampanyekan kebebasan wanita serta persamaan hak antara pria dan wanita disemua bidang kehidupan. Perlu ditekankan, bahwa emansipasi bukanlah pembebasan diri wanita. []
BERSAMBUNG